Kisah Berakhirnya Fitnah Al Quran adalah Makhluk (TAHAN AIR MATAMU-3)
Jazakumullahu khairan atas
nasihatmu, kawan. Memang perjuangan mempertahankan keistiqomahan
amatlah berat. Dan seperti apa katamu, terkadang kita berusaha
menghindar dari penyimpangan A, malah hampir terjatuh dalam penyimpangan
B. Berusaha menghindar dari keduanya, hampir terperosok pada
penyimpangan C. Belum lagi jiwa yang Ammaratun bis Suu' (memerintahkan kepada kejelekan). Kita sangat butuh akan belas kasih Allah.
*****
"Ingkari perbuatannya dalam kalbu-kalbu kalian. Jangan sekali-kali kalian melawan penguasa. Jangan kalian patahkan tongkat kaum muslimin. Jangan kalian tumpahkan darah kalian dan darah kaum muslimin yang ikut bersama kalian. Pertimbangkan lagi akibatnya. Sabarlah sampai tiba waktunya untuk istirahat, mungkin dengan meninggalnya kalian atau meninggalnya dia terlebih dahulu. Memberontak bukanlah ajaran yang benar. Ini menyelisihi bimbingan Rasul," Nasehat Imam Ahmad
*****
Tahun
229 H, khalifah berganti al-Watsiq, walaupun keyakinan resmi negara
tidak juga berganti. Bahkan zaman al-Watsiq semakin menjadi-jadi. Dia
berani memanggil seluruh kaum muslimin, bertanya satu per satu tentang
keyakinan mereka terhadap al-Qur'an. jika menjawab makhluk, dibebaskan.
Jika tidak, berbagai bentuk hukuman menanti.
Hanya
satu tak dipanggil olehnya. Imam Ahmad bin Hanbal. Al-Watsiq khawatir
kesabaran dan keteguhannya mempengaruhi kaum muslimin. Maka Imam Ahmad
diasingkan dari satu tempat ke tempat lainnya selama beberapa bulan.
Hingga akhirnya beliau ditetapkan sebagai tahanan rumah. Tidak boleh
keluar, dan tidak boleh menerima tamu.
Sampai
akhirnya, Iblis berusaha menggelincirkan Ahmad dari pintu penyimpangan
lain. Jika sebelumnya dari pintu pemahaman Jahmiyah, kali ini dari
pemahaman Khawarij. Alkisah, sekelompok ahli fikih Baghdad berusaha
menemui Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka ingin mengajak Imam Ahmad
menggulingkan kekuasaan al-Watsiq. Mereka yakin apabila Imam Ahmad ikut
dalam pasukan mereka, pasti banyak massa kaum muslimin yang ikut
bergabung.
"Perkaranya sudah kelewat batas, Imam," bujuk mereka.
"Sudah cukup sampai di sini kedzalimannya. Kami tidak ridha dengan kepemimpinannya. Kami tidak ridha dengan pemerintahannya."
Imam
Ahmad jeli. Iblis berusaha merusak akidah kaum muslimin dari pintu
lainnya. Ini bukan cara mengingkari kemungkaran yang tepat. Ini bentuk
penyimpangan lainnya.
"Ingkari
perbuatannya dalam kalbu-kalbu kalian. Jangan sekali-kali kalian
melawan penguasa. Jangan kalian patahkan tongkat kaum muslimin. Jangan
kalian tumpahkan darah kalian dan darah kaum muslimin yang ikut bersama
kalian. Pertimbangkan lagi akibatnya. Sabarlah sampai tiba waktunya
untuk istirahat, mungkin dengan meninggalnya kalian atau meninggalnya
dia terlebih dahulu. Memberontak bukanlah ajaran yang benar. Ini
menyelisihi bimbingan Rasul," nasihat Imam Ahmad.
Waktu
terus bergulir. Semua cobaan dan fitnah dihadapi Ahmad dengan penuh
kesabaran. Hingga pada tahun 232 H, al-Mutawakkil naik menggantikan
al-Watsiq. Allah tolong agama-Nya dengan sebab beliau. Allah tegakkan
sunah dengan sebab beliau. Dan Allah tampakkan akidah ahlussunnah
dengan sebab al-Mutawakkil setelah sebelumnya ahlussunnah mendapatkan
ujian, fitnah, dan cobaan yang sangat dahsyat pada tiga khalifah
sebelumnya.
Tercatat
pada tahun 234 H, al-Mutawakkil mengumpulkan seluruh alim ulama' untuk
membuat tabligh akbar dan dauroh di berbagai tempat dengan tema
membantah pemahaman Jahmiyah dan Mu'tazilah, akar pemikiran al-Qur'an
adalah makhluk. Juga menanggung biaya kehidupan siapa saja di antara
para ulama' yang mau mengadakan muhadharah, kajian, dan tabligh akbar
bertemakan tadi.
Suatu
ketika ada di antara ahli bid'ah yang ingin memprovokasi al-Mutawakkil.
Dia melaporkan bahwa ada pertikaian antara para sahabat dan murid Imam
Ahmad dengan sekelompok ahli bid'ah. Maka dengan tegas al-Mutawakkil
berkata, "Jangan kalian laporkan lagi perihal Ahmad bin Hanbal dan
para sahabatnya. Justru seharusnya kalian membantu mereka. Mereka
termasuk pemuka umat Muhammad. Sungguh Allah telah mengetahui bagaimana
kejujuran Ahmad saat bersabar dan menerima cobaan. Allah telah angkat
ilmunya, sepanjang hayatnya dan setelah matinya. Para sahabatnya mereka
itulah sahabat sejati yang seharusnya kalian jadikan teman. Aku
berhusnudhan kepada Allah bahwa Dia telah memakaikan Ahmad pakaian
ash-Shiddiqin."
Meskipun
al-Mutawakkil berjasa besar dalam menolong agama Allah, namun Imam
Ahmad tidak pernah melihatnya dan tidak pernah mau menerima pemberian
darinya. Pernah suatu ketika Imam Ahmad mendapat kirimanuang dari al-Mutawakkil. Syahdan Imam Ahmad menangis dan berkata, "Aku telah selamat dari fitnah mereka. Sampai di akhir hayatku, aku mendapat fitnah yang baru dari mereka."
Imam
Ahmad senantiasa berdoa kepada Allah agar tidak dipertemukan dengan
al-Mutawakkil. Maka tatkala beliau diberitahu bahwa al-Mutawakkil sangat
mencintai dan merindukannya, beliau menganggapnya sebagai fitnah.
Beliau berkata, "Aku sangat mengharapkan syahid pada fitnah yang lampau. Dan aku pun berharap mati pada fitnah ini." Kemudian beliau mengepalkan tangannya lantas membukanya seraya berkata, "Duhai kiranya ruh-ku berada dalam genggamanku, pasti akan aku melepaskannya."
Kawan, apabila engkau benar-benar mengaku mengikuti Rasul, cinta kepada Rasul, seharusnya engkau JANGAN PERNAH MELEMAHKAN DAN MENGGEMBOSI SUNNAH DARI DALAM.
Terlebih saat sunnah benar-benar membutuhkan pertolongan. Jangan
sekali-kali engkau takut ancaman para mubtadi'. Ingatlah sabda
Rasulullah, "Jangan sampai rasa takut dan seganmu kepada seseorang
menghalangimu untuk menyuarakan kebenaran saat kamu melihatnya dan
mengetahuinya, atau saat kamu mendengarnya dan mengetahuinya."
Oleh
karenanya, apabila Imam Ahmad teringat para ulama' yang menjawab ajakan
al-Ma'mun —walaupun dengan alasan terpaksa— karena takut ancamannya,
beliau berkata, "Mereka!!! Andaikan mau bersabar dan benar-benar
berjuang untuk Allah, fitnahnya akan cepat berhenti dan tidak akan
berlarut-larut. Sayang mereka lemah untuk memperjuangkannya, padahal
mereka adalah pemuka kaum muslimin, sehingga al-Ma'mun lancang kepada
yang lainnya."
Terkadang Imam Ahmad marah dan dengan nada tinggi beliau berucap sebagai teguran keras kepada para penggembos dakwah, "Mereka
itulah orang yang pertama kali membuat fitnah ini. Mereka itulah orang
yang paling bertanggung jawab terhadap fitnah ini."
Lihatlah,
kawan, al-Ma'mun sangat bersalah. Ibnu Abi Duad pun sangat bertanggung
jawab atas fitnah ini. Namun Imam Ahmad mengatakan yang paling
bertanggung jawab atas fitnah ini adalah para ulama yang tidak mau
membantu sunnah, padahal sunnah sangat butuh pertolongan.
Pernah
Imam Yahya bin Ma'in —dan beliau adalah salah seorang ulama' yang
terpaksa menjawab ajakan al-Ma'mun— datang menjenguk Imam Ahmad di saat
beliau akan meninggal dunia. Imam Yahya memberi salam kepada beliau.
Namun beliau tidak mau menjawab salamnya. Diulangi lagi oleh Imam Yahya,
namun tetap Imam Ahmad tidak mau menjawab salam beliau. Kawan, tahukah
engkau, Imam Ahmad telah bersumpah tidak mau berbicara kepada para
ulama' yang menjawab ajakan al-Ma'mun walaupun dengan alasan terpaksa.
Sebagai teguran keras kepada mereka dan pembelajaran bagi mereka. Tentu
juga untuk kita semua. Imam Yahya berusaha berkali-kali meminta maaf
kepada Imam Ahmad. Tetap saja Imam Ahmad tidak mau berbicara kepadanya.
Begitulah,
kawan. Pelajaran sangat berharga dari Imam Ahmad yang mengajarkan
kepada kita arti pentingnya memperjuangkan sunnah. Jangan pernah
sekali-kali kita merasa lemah menolong sunnah karena takut dengan
kekuatan musuh. Atau jangan sekali-kali kita mundur menolong sunnah
karena bermuka manis di hadapan musuh. Hadapilah. Dan ketahuilah,
semakin engkau berusaha memperjuangkan sunnah, cobaan dan ujian juga
akan semakin berat. Dan itu sudah ketetapan dari Allah. Itulah jalan
menuju ke Jannah. Penuh tantangan dan rintangan. Akan tetapi Allah akan
membantu orang-orang yang mau memperjuangkan sunnah. Dan barangsiapa
yang Allah telah bersamanya, kepada siapa dia akan takut!?
Tahan! Tahan air matamu karena jalan masih panjang
Jangan kau biarkan air mata mulia mengalir
Diawal jalan, memang terasa berat
Hatimu bergumam, "apa yang akan terjadi padaku?"
Wahai Sunni, jangan bimbang apabila sedikit penolong dan ujian datang silih berganti
Ketahuilah, Allah kan senantiasa menolong hamba-Nya
Dan kunci segala urusan kepada-Nya kembali
Ya
Allah, ampunilah kami. Rahmatilah kami. Matikanlah kami dan engkau
ridha kepada kami. Ya Allah, jauhkanlah kami dari fitnah yang nampak
maupun yang tidak nampak.
Sumber Refrensi:
- Siyar A'laamin Nubala'
- Al-Bidayah wan N
ihayah
- As-Sunnah lil Khallal
Komplek Ma'had Daarus Salaf Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo
__Syabab MDS
=====*****=====
Publikasi:
WA Salafy Solo
Channel Salafy Solo
Info dan Fawaid
https://bit.ly/salafysolo
Posting Komentar