IBNU ABBAS MENUNGGU SETAHUN UNTUK MENDAPAT PEMAHAMAN YANG BENAR TENTANG SATU AYAT QURAN
di tulis oleh al ustadz Abu Utsman Kharisman
Abdullah bin Abbas –radhiyallahu
anhuma-, atau yang biasa dikenal dengan Ibnu Abbas, adalah Sahabat Nabi
yang sangat tinggi keilmuannya dalam tafsir al-Quran. Beliau telah
mendapatkan doa dari Nabi agar Allah memberikan kefaqihan dalam Dien dan
ilmu menafsirkan al-Quran.
Apakah setelah mendapat doa dari Nabi
itu beliau hanya diam berpangku tangan sambil menunggu ilmu tafsir
merasuk langsung dalam kalbunya? Ataukah beliau berjuang menempuh jalan
yang seharusnya dalam mempelajari tafsir al-Quran, mendatangi
orang-orang berilmu, bertanya dan mengambil ilmu dari mereka langsung?
Banyak kisah-kisah dalam riwayat yang
shahih yang menunjukkan perjuangan Ibnu Abbas belajar dari para Sahabat
Nabi yang senior. Namun pada tulisan kali ini akan dikupas satu saja
potongan kisah tersebut yang cukup menakjubkan.
Ibnu Abbas pernah sangat ingin
mengetahui kandungan makna satu ayat al-Quran. Ayat dalam surat atTahrim
tentang 2 orang istri Nabi yang disinggung dalam ayat tersebut.
Siapakah 2 istri Nabi tersebut?
Keingintahuan yang kuat itu mendorongnya
untuk mencari siapa Sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang hal
itu. Beliau paham bahwa Umar bin al-Khoththob lah orang yang paling
mengetahui hal itu. Namun, adab yang ada pada Ibnu Abbas membuatnya
segan untuk bertanya langsung kepada Umar. Beliau benar-benar menunggu
masa yang paling tepat untuk bertanya. Sungguh teladan yang mulia dalam
hal adab bertanya kepada guru. Memperhatikan kondisi yang tepat dan
sesuai untuk bertanya.
Berapa lamakah waktu Ibnu Abbas menunggu
masa tersebut? Beliau menunggu selama setahun. Ya, benar, setahun
lamanya! Beliau bersabar untuk menunggu waktu paling tepat bertanya
kepada Umar bin al-Khoththob tentang kandungan makna satu ayat al-Quran.
Ibnu Abbas menggunakan kesempatan saat
berhaji bersama Umar. Beliau mendampingi Umar, hingga saat Umar ada
keperluan buang hajat, Ibnu Abbas mempersiapkan air untuk dipakai
berwudhu oleh Umar. Pada kesempatan itulah beliau bertanya kepada Umar
hingga mendapat penjelasan yang gamblang tentang ayat tersebut.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:
مَكَثْتُ
سَنَةً أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ عَنْ آيَةٍ فَمَا
أَسْتَطِيعُ أَنْ أَسْأَلَهُ هَيْبَةً لَهُ حَتَّى خَرَجَ حَاجًّا
فَخَرَجْتُ مَعَهُ فَلَمَّا رَجَعْنَا وَكُنَّا بِبَعْضِ الطَّرِيقِ عَدَلَ
إِلَى الْأَرَاكِ لِحَاجَةٍ لَهُ قَالَ فَوَقَفْتُ لَهُ حَتَّى فَرَغَ
ثُمَّ سِرْتُ مَعَهُ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَنْ اللَّتَانِ
تَظَاهَرَتَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
أَزْوَاجِهِ فَقَالَ تِلْكَ حَفْصَةُ وَعَائِشَةُ قَالَ فَقُلْتُ وَاللَّهِ
إِنْ كُنْتُ لَأُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ هَذَا مُنْذُ سَنَةٍ فَمَا
أَسْتَطِيعُ هَيْبَةً لَكَ قَالَ فَلَا تَفْعَلْ مَا ظَنَنْتَ أَنَّ
عِنْدِي مِنْ عِلْمٍ فَاسْأَلْنِي فَإِنْ كَانَ لِي عِلْمٌ خَبَّرْتُكَ
بِهِ
Aku berdiam (menunggu) setahun lamanya
ingin bertanya kepada Umar bin al-Khoththob tentang satu ayat. Aku tidak
mampu bertanya kepada beliau karena segan kepadanya. Hingga suatu saat
Umar keluar berhaji aku pun keluar bersamanya. Ketika pulangnya, kami
berada di suatu jalan, Umar menyingkir menuju pohon Araak untuk suatu
keperluannya. Aku pun berdiri menunggu beliau. Ketika beliau sudah
selesai, aku pun berjalan bersama beliau. Aku berkata: Wahai Amirul
Mukminin, siapakah 2 orang wanita yang saling bekerjasama untuk
melakukan hal yang menyusahkan Nabi shollallahu alaihi wasallam dari
kalangan istri beliau (yang disebut dalam al-Quran)? Umar berkata: Itu
adalah Hafshah dan Aisyah. Ibnu Abbas berkata: Aku berkata: Demi Allah,
aku benar-benar ingin bertanya kepada anda tentang ini sejak setahun
lalu. Aku tidak mampu bertanya karena segan pada anda. Umar berkata:
Janganlah demikian. Jika engkau menyangka aku memiliki ilmu tentang
suatu hal, tanyakanlah kepadaku. Jika aku memiliki ilmu tentang itu, aku
akan sampaikan padamu (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas berkata:
لَمْ
أَزَلْ حَرِيصًا عَلَى أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
الْمَرْأَتَيْنِ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اللَّتَيْنِ قَالَ اللَّهُ لَهُمَا { إِنْ تَتُوبَا إِلَى
اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا } فَحَجَجْتُ مَعَه فَعَدَلَ
وَعَدَلْتُ مَعَهُ بِالْإِدَاوَةِ فَتَبَرَّزَ حَتَّى جَاءَ فَسَكَبْتُ
عَلَى يَدَيْهِ مِنْ الْإِدَاوَةِ فَتَوَضَّأَ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ
الْمُؤْمِنِينَ مَنْ الْمَرْأَتَانِ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّتَانِ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
لَهُمَا { إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا }
فَقَالَ وَا عَجَبِي لَكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ عَائِشَةُ وَحَفْصَةُ ثُمَّ
اسْتَقْبَلَ عُمَرُ الْحَدِيثَ يَسُوقُهُ
Aku terus menerus bersemangat untuk
bertanya kepada Umar radhiyallahu anhu tentang 2 orang wanita istri Nabi
shollallahu alaihi wasallam yang Allah sebutkan tentang keduanya (yang
artinya): “Jika kalian bertaubat kepada Allah, sungguh hati kalian
memiliki kecenderungan….”. Aku pun berhaji bersama beliau (Umar),
kemudian Umar menyingkir dan aku pun mengikutinya dengan membawa
segayung air. Beliau buang hajat. Hingga ketika telah selesai, datang
menemuiku, aku pun menuangkan air dari gayung itu untuk beliau berwudhu.
Aku berkata: Wahai Amirul Mukminin, siapakah dua orang wanita istri
Nabi shollallahu alaihi wasallam yang Allah menyebutkan tentang keduanya
(yang artinya): “Jika kalian bertaubat kepada Allah, sungguh hati
kalian memiliki kecenderungan….”. Umar berkata: Sungguh menakjubkan aku
wahai Ibnu Abbas. Itu adalah Aisyah dan Hafshah. Kemudian Umar
menyampaikan hadits…..(H.R al-Bukhari dan Muslim)
*Catatan Tambahan:*
Ayat yang disebutkan dalam surat
atTahrim tersebut tidaklah merendahkan kedudukan kedua istri Nabi yang
mulia, Aisyah dan Hafshah. Karena mereka berdua telah bertaubat dari
kesalahannya. Ayat itu membimbing mereka kepada taubat, dan mereka
berdua pun telah taubat. Mereka menjadi teladan dan contoh terbaik bagi
para wanita beriman.
Bahkan, Allah Azza Wa Jalla telah
menyediakan untuk istri-istri Nabi pahala (balasan kebaikan) yang sangat
besar di akhirat, karena mereka memilih Allah, Rasul-Nya, dan kehidupan
akhirat. Sebagaimana disebut dalam surat al-Ahzab ayat 29. Ketika turun
ayat tersebut (al-Ahzab ayat 28-29), Nabi memberikan pilihan kepada
istri-istrinya dimulai dari Aisyah, tanpa pikir panjang dengan
kemantapan hati Aisyah memilih Allah, Rasul-Nya dan kehidupan akhirat.
Hal itu juga diikuti oleh seluruh istri Nabi yang lain, sebagaimana
disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim.