IBADAH YANG PALING UTAMA (2)
Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar
Ibadah yang paling afdal saat Anda
ditimpa ujian dan gangguan dari manusia adalah melaksanakan kewajiban
bersabar atas gangguan mereka.
Anda tetap berbaur dan tidak lari meninggalkan mereka. Sebab, seorang mukmin yang berbaur dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih afdal daripada seorang mukmin yang tidak mengalami ujian berupa gangguan dari manusia.
Berbaur dengan manusia dalam urusan kebaikan lebih afdal daripada mengasingkan diri dari mereka.
Mengasingkan diri dari manusia dalam urusan kejelekan lebih afdal daripada berbaur dengan mereka saat itu.
Akan tetapi, apabila dia tahu bahwa jika berbaur dengan mereka dirinya mampu menghilangkan kejelekan tersebut atau meminimalkannya, berbaur dengan mereka lebih afdal.
Anda tetap berbaur dan tidak lari meninggalkan mereka. Sebab, seorang mukmin yang berbaur dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih afdal daripada seorang mukmin yang tidak mengalami ujian berupa gangguan dari manusia.
Berbaur dengan manusia dalam urusan kebaikan lebih afdal daripada mengasingkan diri dari mereka.
Mengasingkan diri dari manusia dalam urusan kejelekan lebih afdal daripada berbaur dengan mereka saat itu.
Akan tetapi, apabila dia tahu bahwa jika berbaur dengan mereka dirinya mampu menghilangkan kejelekan tersebut atau meminimalkannya, berbaur dengan mereka lebih afdal.
?Mereka inilah hamba-hamba yang bebas
dan fleksibel, sedangkan selain mereka adalah hamba yang kaku dan
terikat; hamba yang fleksibel dan tidak terikat dengan suatu ibadah
tertentu. Kesibukan utamanya hanyalah mencari keridhaan Rabbnya, di
manapun keridhaan-Nya berada. Di situlah poros peredaran ibadah mereka,
mencari ridha Rabb semata. Dia terus-menerus berpindah dari satu amalan
ibadah ke amalan ibadah lainnya. Setiap tampak baginya tingkatan ibadah
yang paling afdal, dia segera menyibukkan diri untuk mengamalkannya
hingga tampak baginya tingkatan lain yang lebih afdal untuk dikerjakan
saat itu. Demikianlah kegiatan kesehariannya hingga akhir perjalanan
hidupnya.
Jika memerhatikan orang-orang yang ilmu
keagamaannya mendalam, Anda akan melihat dirinya bersama mereka. Ketika
memerhatikan orang-orang yang gemar beribadah, Anda akan melihat dirinya
bersama mereka pula. Ketika memerhatikan pasukan mujahidin, Anda pun
akan melihatnya di antara mereka. Saat memerhatikan orang-orang yang
gemar berzikir, Anda juga akan melihatnya bersama mereka. Jika
memerhatikan orang-orang yang gemar bersedekah dan berbuat baik, Anda
melihatnya lagi di tengah-tengah mereka. Jika memerhatikan orang-orang
yang selalu memusatkan hatinya untuk Allah subhanahu wa ta’ala, Anda pun
akan melihatnya bersama mereka. Setiap orang yang baik akan merasa
nyaman jika dia ada. Sebaliknya, orang yang jelek akan merasa sesak
dengan keberadaannya. Dia bagaikan hujan, di manapun singgah akan
memberikan manfaat. Bagaikan pohon kurma, seluruh bagian dirinya
bermanfaat hingga durinya. Dia begitu keras terhadap setiap orang yang
menyelisihi perintah Allah subhanahu wa ta’ala, begitu marah ketika
larangan Allah subhanahu wa ta’aladilanggar.
Dia mempersembahkan amalannya hanya
untuk Allah, dengan selalu meminta pertolongan kepada-Nya dan senantiasa
membela agama-Nya. Dia bermuamalah dengan Allah subhanahu wa ta’ala
tanpa memedulikan pujian dan cercaan manusia. Dia bermuamalah dengan
manusia tanpa menghiraukan kepentingan pribadinya.
(Madarij as-Salikin, hlm. 58, danTajrid at-Tauhid al-Mufid, hlm. 84)
Subhanallah, betapa menakjubkan keadaan
hamba yang seperti ini. Sampai-sampai, al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
melabeli hamba yang seperti ini sebagai hamba yang telah menegakkan
kalimat, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepadaEngkaulah kami mohon pertolongan.”(al-Fatihah:5) dengan
sebenar-benarnya.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu
membimbing kita semua untuk meraih keridhaan-Nya di setiap waktu yang
kita lalui.Wallahu a’lam bish-shawab.
http://asysyariah.com/ibadah-yang-paling-utama/