
Ketika Hendak Tidur
Ketika Hendak Tidur
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلْفَهُ عَلَيْه، ثُمَّ يَقُولُ: بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي، وَبِكَ أَرْفَعُهُ؛ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَاْرحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا، فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
Jika salah
seorang dari kalian hendak berbaring di tempat tidurnya, hendaknya ia
mengibaskan bagian dalam sarungnya ke tempat tidur itu karena dia tidak
tahu apa yang ada di baliknya. Setelahnya, ia mengucapkan:
بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي، وَبِكَ أَرْفَعُهُ؛ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَاْرحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا، فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
“Dengan nama-Mu,
wahai Rabbku, aku meletakkan lambungku dan dengan nama-Mu pula aku
mengangkatnya. Jika Engkau mengambil jiwaku, rahmatilah ia. Jika Engkau
melepasnya kembali, jagalah ia sebagaimana penjagaan-Mu terhadap para
hamba-Mu yang saleh.” (Muttafaqun alaih)

Kitab-kitab yang Perlu Dipelajari
Kitab Akidah
Dengan penuh rasa syukur, saya berharap agar diberi arahan tentang kitab-kitab yang terbaik dalam masalah akidah dan kitab-kitab yang memerangi kebid’ahan dan khurafat, hingga saya bisa mendapatkannya berapa pun harganya. Semoga dengan mempelajari kitab-kitab tersebut, saya bisa memerangi kebid’ahan dengan izin Allah ‘azza wa jalla, dilandasi hujah yang pasti dan dalil al-Qur’an, atau dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jazakumullah khairan.
Jawab:
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjawab, “Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla yang telah memberimu anugerah berupa mengenal al-haq dan tahu mana yang benar. Kami memohon kepada Allah ‘azza wa jalla
agar menambah ilmumu dan menjadikanmu faqih dalam agama-Nya. Semoga Dia
mengokohkan kami dan Anda di atas al-haq. Adapun kitab-kitab yang
mengajarkan akidah tauhid, alhamdulillah banyak dan mudah. Di antaranya:
- Fathul Majid, syarah/penjelasan dari Kitab at-Tauhid, karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah.
- Tsalatsah al-Ushul dan Kasyfu asy-Syubuhat, keduanya karya asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah.
Saya nasihatkan agar Anda mendapatkan kitab Majmu’ah at-Tauhid an-Najdiyah. Di
dalamnya ada risalah-risalah yang ringkas tentang tauhid dan masalah
akidah yang bermanfaat. Karena itu, sepantasnya Anda mencari kumpulan
kitab yang diberkahi tersebut.
Demikian pula kitab Syarhu ath-Thahawiyah karya al-Imam al-’Izz ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah, yang merupakan syarah yang berfaedah dan panjang lebar (dari kitab Aqidah ath-Thahawiyah). Kitab ini mencakup bab akidah.
Demikian pula kitab Ighatsah al-Lahafan min Mashaid asy-Syaithan, karya al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.
Sebab, kitab ini berfaedah dalam hal akidah, berisi peringatan dari
kebid’ahan dan peringatan dari penyelisihan (terhadap al-haq). Kitab ini
begitu berharga, tidak pantas penuntut ilmu tidak tahu tentangnya.
Demikianlah beberapa kitab yang khusus berbicara tentang akidah.
Adapun kitab-kitab yang khusus membahas
tentang bid’ah dan peringatan dari bid’ah, terdapat kitab-kitab yang
berfaedah dan mudah, hanya milik Allah-lah segala pujian. Di antaranya,
- Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashabul Jahim, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
- al-I’tisham, karya al-Imam asy-Syathibi rahimahullah
- al-Hawadits wa al-Bida’, karya al-Imam ath-Thurthusyi rahimahullah
- al-Bida’ wa an-Nahyu ‘anha, karya Ibnu Wadhdhah rahimahullah
- al-Ba’its ‘ala Ingkar al-Bida’ wa al-Hawadits, al-Imam Abu Syamah rahimahullah
- al-Ibda’ fi Madhar al-Ibtida’, karya Syaikh Ali Mahfuzh
- as-Sunan wa al-Mubtada’at, karya asy-Syaikh Muhammad Abdus Salam Khidhir
- at-Tahdzir min al-Bida’, karya asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Inilah kitab-kitab yang mudah. Ada di
antaranya yang dibagikan gratis, dan ada pula yang dijual dengan harga
murah. Karena itu, semestinya Anda mendapatkannya atau mendapatkan apa
yang mudah untuk Anda dapatkan dari beberapa kitab tersebut. Di dalamnya
ada kebaikan, insya Allah.
Akan tetapi, di samping itu semua, aku
nasihati Anda dan orang-orang semisal Anda agar tidak mencukupkan diri
dengan membaca dan memahami sendiri kitab tersebut.
Seharusnya Anda mencari ahli ilmu yang muhaqqiq.
Anda baca kitab tersebut di hadapannya agar orang yang berilmu tersebut
memberikan penjelasan kepadamu tentang hal yang rumit atau sesuatu yang
tidak jelas yang ada di dalamnya, dan dia menerangkan kepadamu al-haq
yang ada di dalamnya. Allah ‘azza wa jalla-lah yang memberi taufik.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/65—66)
Kitab Tentang Surga dan Neraka
Saya berharap diberikan arahan tentang kitab-kitab yang memberi kabar gembira tentang surga serta kenikmatannya dan kitab-kitab yang memperingatkan dari neraka serta azabnya.
Jawab:
“Yang membahas tentang hal tersebut
adalah Kitabullah. Seharusnya Anda membaca al-Qur’anul Azhim dan
mentadabburi kandungannya. Dalam al-Qur’an, ada dorongan untuk memeroleh
surga dan anjuran melakukan amalan saleh. Di dalamnya ada ancaman yang
menakut-nakuti dari neraka dan larangan melakukan perbuatan yang dapat
mengantarkan ke neraka.
Al-Qur’an yang agung mengandung janji dan ancaman. Hal ini sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla,
وَكَذَٰلِكَ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا عَرَبِيّٗا وَصَرَّفۡنَا فِيهِ مِنَ ٱلۡوَعِيدِ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُونَ أَوۡ يُحۡدِثُ لَهُمۡ ذِكۡرٗا ١١٣
Demikianlah Kami
menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab dan Kami telah menerangkan
dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau agar al-Qur’an itu membuat peringatan/pelajaran untuk
mereka.” (Thaha: 113)
Oleh karena itu, semestinya Anda memperbanyak membaca al-Qur’an al-‘Azhim dengan tadabbur dan berupaya memahami apa yang dituntut oleh al-Qur’an terhadap seorang muslim.
Beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berisi targhib (mendorong/memberikan kabar gembira) dan tarhib (menakut-nakuti/mengancam). Kitab yang membahas tentang hal ini di antaranya at-Targhib wa at-Tarhib karya al-Hafizh al-Mundziri rahimahullah. Kitab ini bernilai tinggi, di dalamnya ada bab tentang targhib dan tarhib. Dibawakan di dalamnya hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembahasan ini. Semestinya Anda mendapatkannya dan banyak membacanya. Demikian pula kitab Riyadhus Shalihin karya al-Hafizh an-Nawawi rahimahullah.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/67—68)
Membaca Surat dalam Shalat dengan Melihat Mushaf
Apakah diperbolehkan membawa mushaf dalam shalat dan membaca dari mushaf tersebut (dengan melihat mushaf), jika orang yang shalat tidak hafal surat yang dibaca? Demikian pula doa, apakah boleh ditulis di kertas dan dibaca di dalam shalat?Bagaimana cara yang benar lagi berfaedah untuk menghafal al-Qur’an serta aman dari hilangnya hafalan tersebut dari dada ?
Jawab:
“Cara untuk mengokohkan hafalan al-Qur’an dalam dada adalah Anda harus banyak membacanya dan menjaganya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan untuk menjaga al-Qur’an ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الْإِبِلِ ف عُقُلِهَا
“Al-Qur’an itu lebih cepat hilangnya daripada unta yang lepas dari ikatannya.” (HR Muslim)
Anda harus banyak membaca dan
mengulang-ulanginya hingga kokoh dalam dada. Sama saja baik dibaca dalam
shalat maupun di luar shalat, karena memang tidak ada cara yang efektif
untuk menghafal al-Qur’an kecuali dengan dua hal:
- Memperbanyak membacanya.
- Mengamalkan al-Qur’an.
Sebab, mengamalkannya akan mengantarkan
kepada kokohnya al-Qur’an di dalam kalbu dan terus teringat kepadanya.
Ini yang aku pesankan kepada Anda.
Adapun menulis doa-doa di lembaran
kertas untuk dibaca dalam shalat, saya memandang agar hal itu tidak
dilakukan. Berdoalah dengan doa yang mudah bagi Anda dan yang Anda
hafal. Tidak perlu membebani diri dengan menulis dan membacanya pada
lembar tertulis, karena hal itu akan menyibukkan Anda dalam shalat.
Membaca al-Qur’an dari mushaf dalam
keadaan shalat, jika memang seseorang sama sekali tidak memiliki hafalan
al-Qur’an, tidaklah terlarang. Sebagian salaf memberikan keringanan
untuk melakukannya. Ini adalah mazhab sekelompok ahlul ilmi. Dengan
syarat, orang tersebut memang tidak mampu membaca dari hafalannya dan
tidak punya hafalan sama sekali. Atau dia ingin shalat malam, misalnya,
dan dia ingin membaca surat al-Qur’an yang banyak atau panjang, padahal
dia tidak hafal. Dalam hal ini, tidak ada larangan baginya untuk membaca
dari mushaf. Demikian pula dalam shalat tarawih, jika dia tidak hafal
al-Qur’an, tidak ada larangan baginya membaca dari mushaf karena adanya
kebutuhan.”
(Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, 1/115)

Wasiat untuk Pendamba Surga
Kenikmatan surga luar biasa tak terbayangkan.
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ
“Tidak ada satu
jiwa pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari
kenikmatan yang menyenangkan pandangan mata….” (as-Sajdah: 17)
Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bertitah tentang kenikmatan surga. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ…
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh (kenikmatan yang)
tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pula terdengar oleh telinga, dan
tidak pernah terbetik dalam kalbu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Karena mengetahui nikmat yang sangat agung tersebut, setiap insan yang beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan percaya adanya hari akhir hendaknya menjadikan surga sebagai impian puncak dan cita-cita tertinggi.
Bagaimana tidak, surga adalah kenikmatan
yang tidak ada duanya, kekal abadi, tiada pernah berakhir. Barang siapa
masuk ke dalamnya, dia akan terus bersenang-senang dan tidak pernah
keluar darinya. Barang siapa dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia
telah beruntung karena selamat dari kengerian api neraka.
Apabila Anda, wahai muslimah, termasuk
pendamba surga abadi, ada sebuah wasiat yang perlu Anda cermati. Wasiat
ini disampaikan oleh sayyidul basyar, pemuka dan junjungan anak manusia, yang memiliki sifat pengasih penyayang kepada umatnya shallallahu ‘alaihi wa sallam[1]. Apakah wasiat tersebut?
Sahabat yang mulia, Abdullah ibnu ‘Amr ibnul Ash radhiallahu ‘anhuma meridhai beliau dan ayahnya, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمنُ باِللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaknya dalam keadaan beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan hari akhir saat kematian mendatanginya. Hendaklah dia berbuat kepada manusia apa yang dia suka untuk diperbuat terhadap dirinya.” (HR. Muslim)
Dalam wasiat yang terangkum dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dua sebab meraih kesuksesan hakiki—dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, yaitu:
- Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan kepada hari akhir.
- Berbuat baik kepada manusia, dalam bentuk ucapan, perbuatan, harta, muamalah, dan sebagainya.
Dengan demikian, sebab pertama agar seseorang dimasukkan ke dalam surga mengandung penunaian terhadap hak Allah ‘azza wa jalla. Adapun sebab kedua mengandung penunaian hak sesama insan. (Bahjah Qulub al-Abrar, asy-Syaikh al-Allamah as-Sa’di, hlm. 218)
Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla
Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup beriman akan wujud-Nya, beriman akan hak rububiyah-Nya[2], beriman akan uluhiyah-Nya[3], dan beriman akan nama dan sifat-Nya[4]. Apabila hilang salah satu dari empat pokok ini pada diri seorang hamba, niscaya cacatlah keimanannya kepada Allah ‘azza wa jalla. (Syarh Tsalatsah al-Ushul, Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin)
Beriman kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir mencakup tiga hal:
- Mengimani adanya kebangkitan dari dalam kubur,
- Mengimani adanya hisab atau perhitungan amalan dan balasannya, dan
- Mengimani adanya surga dan neraka.
Termasuk dalam keimanan kepada hari
akhir adalah memercayai seluruh kejadian setelah kematian, seperti
adanya fitnah (ujian) kubur—pertanyaan dua malaikat kepada si mayat
tentang tiga masalah—dan mengimani adanya nikmat dan azab kubur. (Syarh Tsalatsah al-Ushul)
Keimanan terhadap hari akhir ini
berkonsekuensi seseorang beramal untuk “menyambut” hari tersebut.
Tidaklah bermanfaat sekadar percaya tanpa dibarengi usaha.
Berbuat Baik kepada Manusia
Timbangan yang menjadi tolok ukur
berbuat baik kepada manusia adalah lakukan kepada manusia apa yang Anda
suka dilakukan kepada Anda.
Di sisi lain, tinggalkan semua kelakuan atau perbuatan kepada manusia yang Anda tidak suka apabila Anda diperlakukan demikian.
Semua yang Anda suka untuk diperbuat
kepada Anda, maka lakukanlah kepada manusia. Sebaliknya, apa saja yang
Anda tidak sukai untuk diperlakukan kepada Anda, jangan lakukan hal
tersebut kepada manusia.
Abu Hamzah Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, sahabat yang sejak berusia 10 tahun berkhidmat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , menyampaikan sebuah hadits dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia menyukai untuk saudaranya apa yang dia sukai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Apabila ada sebuah kejelekan yang Anda
tidak sukai jika menimpa Anda, tetapi Anda lakukan hal tersebut kepada
manusia, berarti Anda telah menyianyiakan pokok yang agung ini.
Hadits Anas radhiallahu ‘anhu
di atas menunjukkan wajibnya mencintai untuk saudara seiman apa yang
kita sukai untuk diri kita. Sebab, ditiadakannya keimanan (yang
sempurna) dari orang yang tidak sukai untuk saudaranya apa yang dia
sukai untuk dirinya sendiri, menunjukkan bahwa hal tersebut hukumnya.
Selain itu, hadits di atas
memperingatkan kita dari sifat hasad dan iri dengki kepada sesama
saudara seiman. Sebab, orang yang hasad jelas tidak suka kebaikan
diperoleh orang lain, dan justru menginginkan yang sebaliknya.
Apabila ada yang menganggap bahwa hal
ini sulit, yakni beratnya mencintai kebaikan agar diperoleh orang lain,
sebenarnya tidak demikian. Tidak ada kesulitan asalkan seseorang mau
melatih jiwanya untuk berbuat demikian. Apabila sudah terlatih, dengan
izin Allah ‘azza wa jalla akan mudah. Sebaliknya, apabila seseorang mengikuti keinginan jiwa dan hawa nafsunya, tentu akan sulit baginya. (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, Fadhilatusy Syaikh al-Allamah Ibnu Utsaimin, hlm. 186—187)
Hasil dari menjalankan dua sebab di atas (iman kepada Allah ‘azza wa jalla dan hari akhir, serta mencintai kebaikan untuk manusia) tentulah sangat kita impikan. Sebab, itulah kesuksesan sejati. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
“Siapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah sukses/beruntung.” (Ali ‘Imran: 185)
Makna “zuhziha” (زُحۡزِحَ )
adalah didorong mundur. Sebab, neraka dikelilingi oleh syahwat yang jiwa
sebenarnya condong kepadanya. Jiwa ini sebenarnya sangat suka dan
menyenanginya. Hampir-hampir seorang insan tidaklah berpaling dari
syahwat ini kecuali karena didorong mundur agar menjauhinya. Allah ‘azza wa jalla mengatakan,
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ
Maknanya, dia didorong mundur agar menjauh dari neraka.
Dia pun kemudian dimasukkan ke dalam
surga. Dengan demikian, dia meraih kesuksesan, selamat dari apa yang
ditakuti dan mendapat apa yang dicari. (Tafsir al-Qur’an al-Karim, al-‘Allamah Ibnu Utsaimin, 2/512)
Kesuksesan atau keberuntungan tidak akan
sempurna kecuali dengan dua hal, yaitu diselamatkan dari api neraka dan
dimasukkan ke dalam surga. Telah dimaklumi, siapa yang diselamatkan
dari neraka, tentulah akan dimasukkan ke dalam surga. Sebab, di akhirat
hanya ada dua negeri, yaitu surga dan neraka.
Hendaknya setiap kita melihat diri masing-masing. Apabila kita dapati diri kita beriman kepada Allah ‘azza wa jalla
dan hari akhir, dan suka memperlakukan manusia dengan apa yang kita
sukai untuk diperbuat kepada kita, hendaknya kita bergembira dengan
hadits ini. Sebaliknya tentunya….
Wallahul musta’an. (Bahjah Qulub al-Abrar, hlm. 515)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab
Ditulis oleh al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah
[1] Allah ‘azza wa jalla berfirman menyebutkan sifat Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٢٨
“Sungguh, telah datang kepada kalian seorang rasul dari diri-diri kalian, terasa berat atas Rasul tersebut apa yang menyusahkan kalian, dia sangat bersemangat agar kalian beroleh kebaikan, terhadap orang-orang beriman beliau memiliki sifat pengasih lagi penyayang.” (at-Taubah: 128)
[2]
Dia bersendiri dalam hak rububiyah ini. Dia-lah sendiri yang
menciptakan, yang memiliki, memerintah, mengatur, memberi rezeki, dan
sebagainya. Secara ringkas, bisa dikatakan tauhid rububiyah adalah
mengesakan Allah ‘azza wa jalla dalam perbuatan-Nya.
[3]
Hanya Dia sendiri yang pantas dan berhak untuk diibadahi, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam seluruh macam ibadah. Hak uluhiyah bisa dimaknakan
mengesakan Dia dalam perbuatan hamba. Sebab, ibadah adalah perbuatan
hamba; dan semuanya secara total ditujukan kepada Allah ‘azza wa jalla semata.
[4] Allah ‘azza wa jalla sajalah yang memiliki al-Asma’ul Husna, nama-nama yang baik yang mencapai puncak kebaikan; Dia sajalah yang memiliki ash-Shifah al-Ulya,
sifat-sifat yang tinggi. Nama-nama dan sifat-sifat tersebut (sesuai
dengan kabar yang datang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah) ditetapkan untuk
Allah ‘azza wa jalla sesuai dengan sisi yang layak bagi-Nya, tanpa memalingkannya, menolaknya, memisalkan, ataupun menyerupakannya dengan makhluk.
Sebab, Dia Yang Mahasuci berfirman,
لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ
“Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya.” (asy-Syura: 11)

Jagalah Putri Anda
Tidak ada di antara Anda sekalian
kecuali kelak akan dibangkitkan oleh Rabbnya setelah kematiannya. Dia
akan ditanya dan dihisab tentang apa yang telah diperbuat di dunia ini. Lanjutkan membaca Jagalah Putri Anda

Wanita Juga Ihtilam
Ada satu dari sekian banyak bimbingan
ilmu nubuwwah yang tidak sepantasnya dilewatkan oleh setiap muslim dan
muslimah, terkhusus bagi mereka yang telah berumah tangga. Bimbingan ini
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat pertanyaan seorang wanita yang rasa malu tidak menghalanginya untuk tafaqquh fid din.

Bahaya Mencari Popularitas
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ‘azza wa jalla. Sungguh, telah beruntung orang-orang yang bertakwa.
Di dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Sesungguhnya
manusia yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah seorang laki-laki
yang mati syahid, hingga dipanggil seraya ditunjukkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya dan dia pun mengakuinya. Kemudian ditanyakan,
“Apa yang telah kamu kerjakan terhadap kenikmatan ini?”
Dia pun menjawab, “Aku telah berperang di jalan-Mu hingga aku terbunuh mati syahid.”
Allah ‘azza wa jalla pun
berkata kepadanya, “Sungguh, Engkau telah berdusta. Engkau berperang
agar disebut sebagai seorang pejuang dan sebutan itu pun sudah engkau
dapatkan.”
Kemudian orang tersebut diseret secara tengkurap hingga dilemparkan ke api neraka.
Ma’asyiral muslimin rahimani warahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
(Yang kedua,)
seorang pria yang menuntut ilmu lalu mengajarkannya dan mampu membaca
(serta menghafal) al-Qur’an. Dia dipanggil (untuk dihisab) dengan
ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya. Dia pun mengakuinya.
Ditanyakan kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan terhadap
kenikmatan-kenikmatan ini?”
Dia menjawab, “Aku telah menuntut ilmu kemudian mengajarkannya dan aku membaca (dan menghafal) al-Qur’an.”
Allah ‘azza wa jalla pun
berkata kepadanya, “Sungguh, engkau telah berdusta. Engkau menuntut
ilmu agar disebut sebagai alim ulama. Engkau membaca (dan menghafal)
agar disebut qari’, dan gelar itu sudah engkau dapatkan.”
Kemudian pria tersebut diseret secara tengkurap hingga dilemparkan ke api neraka.
Hadirin rahimani wa rahimakumullah,
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ. قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Dan orang (yang ketiga yang didahulukan hisabnya pada hari kiamat) adalah seorang yang Allah ‘azza wa jalla melapangkan
kehidupan baginya dan mengaruniainya semua jenis harta kekayaan. Dia
dipanggil (untuk dihisab) seraya ditunjukkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya dan dia pun mengakuinya. Kemudian ditanyakan
kepadanya, “Apa yang telah kamu kerjakan terhadap kenikmatan-kenikmatan
ini?”
Dia pun
menjawab, “Tidak ada satu pun dari jalan yang Engkau inginkan untuk
diinfakkan padanya kecuali telah aku infakkan semua demi Engkau, ya
Allah!”
Allah ‘azza wa jalla pun
berkata kepadanya, “Sungguh, engkau telah berdusta. Engkau lakukan itu
semua agar engkau disebut sebagai dermawan, dan sebutan itu sudah engkau
dapatkan.”
Lalu diperintahkan agar dia diseret secara tengkurap kemudian dilemparkan ke api neraka.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya seseorang mengikhlaskan segala bentuk peribadatannya hanya semata-mata untuk Allah ‘azza wa jalla. Ketiga amalan tersebut merupakan amalan-amalan yang paling afdal dan paling mulia di sisi Allah ‘azza wa jalla, apabila diniatkan ikhlas karena Allah ‘azza wa jalla. Pada asalnya, semua amalan tersebut adalah jalan menuju ke surga.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
“Dan tidaklah mereka diperintahkan
kecuali untuk mengikhlaskan agama mereka hanya bagi Allah dan agar
mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat. Dan demikian itulah agama
yang lurus.” (al-Bayyinah: 5)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرآنِ الْكَرِيم،ِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتَ وَالذِّكْرِ الْحَكِيم. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ، وَأشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ:
Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang jihad,
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ
“Sesungguhnya Allah membeli dari kaum mukminin jiwa-raga dan harta mereka dengan bayaran surga.” (at-Taubah: 111)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang keutamaan penuntut ilmu,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah ‘azza wa jalla akan mudahkan baginya dengan ilmunya jalan menuju surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Demikian juga tentang infak, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
“Perumpamaan
orang yang menginfakkan di jalan Allah seperti sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi
Maha Mengetahui.” (al-Baqarah: 261)
Namun, ketika tidak ikhlas atau diiringi
dengan tendensi duniawi untuk mencari kedudukan serta popularitas,
amalan tersebut justru bisa menjadi bumerang bagi pelakunya dan berakhir
dengan kesengsaraan seperti yang dialami oleh tiga pria tersebut.
Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita darinya.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَالْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Mengucapkan Selamat Hari Raya Kepada Orang Kafir
Apa hukum mengucapkan selamat untuk orang kafir yang merayakan hari raya keagamaannya?Apa pula hukum menghadiri atau ikut merayakannya?Apa hukum menerima hadiah dalam rangka perayaan itu?

Hamba Senantiasa Membutuhkan Kesabaran
Seorang hamba tidak terlepas dari
menjalankan perintah yang wajib dia laksanakan, larangan yang wajib
untuk dia tinggalkan, takdir yang pasti terjadi, dan kenikmatan yang
wajib dia syukuri kepada Pemberinya. Karena semua keadaan ini tidak
mungkin lepas darinya, dia pun wajib bersabar sampai meninggal. Lanjutkan membaca Hamba Senantiasa Membutuhkan Kesabaran

Manusia vs Iblis; bagian ke-2
(bagian ke-2)
Siapakah Setan Itu?
Syaitan (setan, Ind.) dalam bahasa Arab adalah pecahan dari kata; شَطَن (jauh), karena (tabiatnya) jauh dari tabiat manusia dan jauh pula dari semua kebaikan, karena kefasikannya. Lanjutkan membaca Manusia vs Iblis; bagian ke-2

Jangan Frustasi Menghadapi Kristenisasi
Nasrani (Kristen) adalah salah satu
agama kafir yang mengajarkan berbagai kekafiran, kesyirikan, dan
kemungkaran. Agama itu dinisbatkan kepada Nabi Isa al-Masih ‘alaihissalam yang mereka sebut “Yesus Kristus”.
Namun, Nabi Isa bin Maryam al-Masih ‘alaihissalam berlepas diri dari ajaran tersebut. Lanjutkan membaca Jangan Frustasi Menghadapi Kristenisasi

Keharusan Membenci dan Berlepas Diri dari Orang Kafir
Di antara prinsip yang agung dalam akidah Islam adalah al-wala wal bara’. Al-wala wal bara’ adalah prinsip yang terkandung dalam dua kalimat syahadat. Jadi, prinsip ini sangat erat kaitannya dengan masalah akidah.
Asy-Syaikh Muhamad bin Abdul Wahab
berkata ketika mendefinisikan Islam, “Islam adalah berserah diri kepada
Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati-Nya, dan
ber-bara’ah (berlepas diri) dari kesyirikan dan orang-orang berbuat kesyirikan.”
Apakah yang dimaksud dengan alwala’ wal bara’ karena Allah? Lanjutkan membaca Keharusan Membenci dan Berlepas Diri dari Orang Kafir

Tanya Jawab Ringkas Edisi 106
Berikut ini kami muat beberapa jawaban dari al-Ustadz Qomar Suaidi.
Berdoa Dan Menyalati Orang Tua Fasik Yang Telah Meninggal
Apa kewajiban anak terhadap orang tuanya yang telah meninggal yang sewaktu hidupnya tidak shalat dan bermaksiat (judi)? Adakah kewajiban menyalatkan dan mendoakannya setiap selesai shalat?
Jawaban:
Jika bapak tidak mengingkari wajibnya shalat dan tidak ada penghinaan terhadapnya, kita berharap dia masih muslim. Untuk itu, perbanyak doa agar bapak diampuni. Doa tidak dikhususkan setelah shalat fardhu. Jenazahnya juga harus dishalatkan.
Lafadz “sayyidina”
Apa hukum mengucapkan kata “sayyidina” untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan al-Khulafa ar-Rasyidin?
Jawaban:
Di luar bacaan zikir yang ma’tsur dari Nabi, diperbolehkan kita mengucapkan “sayyidina” kepada Nabi Muhammad atau al-Khulafa’ ar-Rasyidin. Adapun pada zikir yang ma’tsur, tidak boleh.
Kafarat Nazar yang Dilupakan
Saya adalah orang yang suka bernazar baik dengan puasa atau dengan janji lainnya, sedangkan saya sangat pelupa. Hanya beberapa nazar yang saya ingat. Saya hanya ingat ada nazar puasa, tetapi saya lupa nazar apa dan jumlahnya berapa. Pada saat tertentu, karena saya sedang panik atau takut dimarahi, saya biasa bernazar. Belakangan saya baru tahu kalau nazar itu ternyata tidak baik, dan kesannya memaksa. Saya mulai tidak membiasakan diri dengan kebiasaan nazar saya. Saya sering merasa gelisah dan merasa kurang bersemangat. Saya rasa itu karena nazar yang tak kunjung saya bayar dan bahkan banyak yang saya lupa. Tolong berikan saya saran.
Jawaban:
Memulai nazar tidak baik. Ulama mengatakan bahwa hukum nazar makruh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, nazar hanya muncul dari orang bakhil. Akan tetapi, jika sudah terlanjur bernazar, wajib dipenuhi selama bukan nazar maksiat dan pada apa yang dimiliki oleh manusia.
Hendaknya nazar yang dilakukan tidak memaksa kehendak Allah dan tidak boleh terkesan demikian . Sebab, tidak ada yang bisa memaksa Allah dengan cara apapun.
Pada kasus yang Anda alami, coba Anda ingat dengan dugaan kuat apa saja yang Anda nazarkan, kemudian tunaikanlah.
Apa yang Anda ingat sebagai nazar, tetapi tidak ingat nazar untuk apa, lebih hati-hati Anda lakukan kafarah, yaitu dengan memberi makan 10 orang miskin, memberi pakaian, atau membebaskan budak. Kalau tidak mampu, berpuasalah tiga hari.
Menasihati Orang yang Lebih Tua
Bagaimana cara menasihati saudara kita yang lebih tua dari kita agar jangan durhaka terhadap orang tua? Sebab, hampir tidak ada lagi yang dia segani dalam rumah walaupun orang tua kita sendiri.
Jawaban:
Coba cari orang yang dia segani atau bisa dia terima ucapannya, baik saudara atau teman. Jangan lupa perbanyak doa untuknya.
Berikut ini kami muat beberapa jawaban dari al-Ustadz Muhammad as-Sarbini.
Tayammum dalam Safar di Kereta Api
Apabila sedang safar dalam kereta api, apakah boleh kami bertayammum untuk shalat? Memang ada air di kamar kecil, tetapi terbatas dan terkadang di dalamnya bau najis. Selama ini kami bertayamum, apakah shalat kami sah?
Jawaban:
Tidak boleh bertayammum dan tidak sah kecuali darurat, memang benar-benar tidak ada air setelah diusahakan dicari atau beli.
Banyak air di atas kereta. Air di kamar mandi, bisa Anda bawa keluar jika kamar mandinya bau najis, lantas wudhu di luar.
Anda juga dapat membeli air yang dijual di atas kereta untuk berwudhu dengannya, atau Anda siapkan air untuk wudhu sebelum naik kereta.
Wajib Puasa
Apakah anak yang sudah lebih dari 10 tahun yang belum baligh tidak diwajibkan berpuasa dan tidak menggantinya?
Jawaban:
Ya, dia tidak wajib puasa ataupun menggantinya.
Kotoran Ayam Najis?
Pada rubrik “Tanya Jawab Ringkas” edisi 98, mengapa kotoran ayam tidak termasuk najis, sedangkan kencing anak bayi umur sebulan justru termasuk najis ringan?
Jawaban:
Penetapannya kembali kepada Allah ‘azza wa jala. Terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hewan yang halal dimakan, kotorannya suci. Adapun air kencing bayi lelaki yang masih tergantung pada air susu adalah najis yang diringankan.
Iblis Memisahkan Orang yang Saling Mencintai
Pada rubrik “Mengayuh Biduk” terdapat tulisan, “Perkara yang paling disenangi oleh iblis dan bala tentaranya adalah memisahkan orang-orang yang saling mencintai.” Bagaimana dengan perpisahan karena tidak ada cinta salah satu pihak atau keduanya tidak saling mencintai?
Jawaban:
Hal itu berbeda dan tidak masuk dalam perkara yang tercela.
Jenazah Muslimah Dibiayai Anak Nonmuslim
Tetangga saya seorang ibu beragama Islam, sedangkan anaknya Kristen. Jika sang ibu meninggal, bolehkah anaknya membiayai keperluannya (pemakaman)?
Jawaban:
Jika sang ibu meninggalkan harta, segala keperluan pengurusan jenazahnya dari hartanya sendiri. Jika tidak ada, sebaiknya dibantu keperluannya oleh kerabatnya yang muslim atau tetangganya yang muslim. Apalagi jika kekafiran anaknya bersifat kemurtadan, jangan diberi kesempatan terlibat sama sekali. Wallahu a’lam.
Lafadz Niat
Saya selalu waswas dalam segala hal terutama ketika berniat dalam ibadah seperti wudhu dan shalat. Ada yang berpendapat bahwa jika kita berbuat dalam keadaan sadar (tidak tidur), berarti kita telah berniat, tanpa harus menyusun kata-kata dalam hati terlebih di lisan seperti: saya niat shalat subuh… dst.
Saya mencoba berlatih mengamalkannya, tetapi saya merasa seolah saya belum berniat sehingga saya tetap menyusun kata tersebut dalam hati. Namun, yang saya ucapkan tersebut saya rasa tidak benar sehingga ada dorogan untuk mengulang lagi sehingga berkali-kali sampai menghabiskan waktu lama.
Mohon bantuannya agar saya terhindar dari masalah ini. Bolehkah saya mengabaikan semua ini dengan tidak memikirkan sah dan tidak?
Jawaban:
Benar, begitulah seharusnya. Abaikan bisikan sah-tidak sah itu, yang hakikatnya bersumber dari waswas setan yang akan melelahkan dan merusak niat Anda. Jika sudah terbetik niat untuk wudhu, baik untuk mengangkat hadats kecil maupun shalat, itulah niat. Begitu pula ibadah lainnya.
Potongan Organ Tubuh Sisa Operasi
Afwan ustadz, saya menanyakan bagaimana hukumnya perlakuan terhadap organ tubuh yang diambil saat operasi oleh dokter karena penyakit. Apakah harus dikubur atau boleh dibuang? Jazakallahu khairan.
Jawaban:
Dipendam di mana saja agar tidak berbau dan mengganggu.
Kasus Nifas
Saya baru saja melahirkan. Setelah masa nifas lewat dari 40 hari, saya belum shalat beberapa hari. Setelah saya diberi tahu fatwa asy-Syaikh al-Albani dan asy-Syaikh Ibnu Baz, ternyata nifas yang lewat 40 hari ada dua kemungkinan, yaitu haid atau istihadhah. Ternyata saya istihadhah dilihat dari ciri-ciri dan sifatnya.
Pertanyaannya, shalat yang beberapa hari dilewatkan itu diganti atau tidak?
Jawaban:
Tidak wajib diganti, insya Allah, karena Anda tidak megetahuinya.
Hukum USG
Bagaimana hukumnya melakukan USG untuk wanita hamil, soalnya istri saya hamil 7 bulan.
Jawaban:
Jika butuh USG karena ada gejala/indikasi yang mengkhawatirkan dan butuh diperiksakan, tidak mengapa.
Kirim SMS/WA Pertanyaan ke Redaksi 081328078414 atau via email ke tanyajawabringkas@gmail.com
Jika pertanyaan Anda cukup dijawab secara ringkas, akan kami muat di rubrik ini. Namun, jika membutuhkan jawaban yang panjang lebar, akan kami muat di rubrik Problema Anda, insya Allah.
Seluruh materi rubrik Tanya Jawab Ringkas (Asy-Syariah) dapat di akses di www.tanyajawab.asysyariah.com

Samakah Islam dan Kristen? Tidak!
Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, pernah menyampaikan sebuah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
kita. Sabda yang harus terus diingat dan diulang-ulang agar akidah
tidak tergerus, iman tidak ternoda. Sebuah sabda yang mematrikan di
dalam dada bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sah. Sebuah sabda
yang mengingatkan bahwa inilah prinsip kita, Islam telah menghapus semua
ajaran agama yang pernah ada!

Makar dan Tipu Daya Ahlul Kitab
وَقَالَت طَّآئِفَةٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ ءَامِنُواْ بِٱلَّذِيٓ أُنزِلَ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَجۡهَ ٱلنَّهَارِ وَٱكۡفُرُوٓاْ ءَاخِرَهُۥ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٧٢
Segolongan (lain) dari ahli kitab berkata (kepada sesamanya),“Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang muk min) kembali (kepada kekafiran).” (Ali Imran: 72)

Mereka Memuluskan Kristenisasi
Tanpa disadari, ternyata misi
Kristenisasi mendapat “dukungan” secara tidak langsung dari beberapa
tokoh dan aktivis yang dikenal sebagai cendekiawan muslim. Hakikat
mereka ini seperti yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُم إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا
“Para dai yang berada di pintu-pintu neraka Jahannam. Yang memenuhi panggilan mereka akan mereka lemparkan ke neraka.” Lanjutkan membaca Mereka Memuluskan Kristenisasi

Menyikapi Maraknya Kasus Murtad
Setelah berusaha menjalankan
tindakan-tindakan preventif yang disebutkan pada tajuk sebelumnya, ada
beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam hal menyikapi maraknya
kasus murtad di akhir-akhir ini. Di antaranya:
- Berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla agar mengembalikan mereka kepada Islam.
- Mendakwahkan Islam kepada mereka dengan menyampaikan nasihat.

Kristenisasi di Indonesia
Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam menjadi sasaran utama proyek Kristenisasi, bahkan bisa
dikatakan sebagai basisnya. Sejak zaman penjajahan Belanda, misi ini
sudah dijalani. Bahkan, di antara pernyataan salah seorang Gubernur
Jenderalnya, “Belanda tidak akan meninggalkan Indonesia sampai berhasil
mengkristenkan penduduknya.” Lanjutkan membaca Kristenisasi di Indonesia

Kristenisasi dan Makar Ahli Kitab
Segala puji dan kesempurnaan hanya milik Allah ‘azza wa jalla, Rabb semesta alam, yang telah menjadikan Islam sebagai agama satu-satunya yang diterima dan diakui di sisi-Nya. Firman-Nya,
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
“Dan barang
siapa mencari agama selain Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi.” (Ali ‘Imran: 85)

Kristenisasi di Indonesia; Strategi Memangkas Islam
Awal tahun 90-an. Seorang pemuda duduk
termenung. Dari balik kaca jendela bus, matanya menerawang ke arah
luar. Menatap pepohonan dan lalu lalang manusia yang dilewati bus yang
meluncur menuju Semarang. Tak ada kawan bercakap. Hanya sesekali
terdengar teriakan kondektur untuk menghentikan laju bus.
Siang itu, saat bus singgah di Salatiga,
seorang paruh baya naik. Orang itu duduk di samping sang pemuda. Bus
pun merayap perlahan. Meninggalkan Kota Salatiga yang dikenal sebagai
salah satu basis kristenisasi di Jawa Tengah. Di kota itu pula berdiri
universitas Kristen besar: Satya Wacana. Lanjutkan membaca Kristenisasi di Indonesia; Strategi Memangkas Islam

Surat Pembaca Edisi 106
Banyak Pendapat dalam Satu Masalah
08534xxxxxxx
Ralat Bundel
Assalamu’alaikum. Pada Bundel Asy Syariah edisi 07—12 hlm. 301, tentang memberi salam, surat an-Nisa: 86 yang dicantumkan salah teksnya. Barakallahu fik.
081373xxxxxx
Rubrik Khutbah Jumat Kurang Teliti?
Ada ketidaktelitian dalam Rubrik Khutbah Jumat hlm. 84—85, edisi 104. Memakmurkan masjid ada dua bentuk, Pertama…. Tetapi, yang kedua tidak ada. Disebutkan juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atasburan
Mujiman-Lampung Selatan
081379xxxxxx
Kepada Redaksi Majalah Asy Syariah kami
mohon agar bahasa Asy Syariah dipermudah. Terus terang kami terkadang
malas membaca, karena bahasa yang sangat sulit dipahami, terutama ketika
terlalu banyak pendapat dalam membahas suatu masalah.
Ini membuat kami pusing. Kalau bisa ambil pendapat yang paling kuat (saja).08534xxxxxxx
- Jawaban Redaksi:
Perbedaan pendapat dalam suatu
perkara agama kadang memang tidak terhindarkan. Kami tidak mungkin
memaksakan atau mengarahkan pada satu pendapat tertentu saja. Di bagian
akhir, biasanya disebutkan pendapat yang menurut penulis rajih (kuat).
Pendapat penulis sendiri tidak berarti mewakili Asy Syariah
secara umum. Inilah dinamika khilafiah yang patut kita hormati, selama
merujuk kepada dalil yang benar tentunya. Kami memohon maaf apabila
masih muncul redaksi atau kalimat-kalimat yang membingungkan pembaca.Ralat Bundel
Assalamu’alaikum. Pada Bundel Asy Syariah edisi 07—12 hlm. 301, tentang memberi salam, surat an-Nisa: 86 yang dicantumkan salah teksnya. Barakallahu fik.
081373xxxxxx
- Jawaban Redaksi:
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَسِيبًا ٨٦
Adapun terjemahan yang tercantum sudah benar. Kami ucapkan jazakallah khairan atas koreksi Anda.Rubrik Khutbah Jumat Kurang Teliti?
Ada ketidaktelitian dalam Rubrik Khutbah Jumat hlm. 84—85, edisi 104. Memakmurkan masjid ada dua bentuk, Pertama…. Tetapi, yang kedua tidak ada. Disebutkan juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atasburan
Mujiman-Lampung Selatan
081379xxxxxx
- Jawaban Redaksi:
Bentuk memakmurkan masjid yang kedua
disebutkan pada hlm. 86. Karena terpisah agak jauh, kami memberinya
tanda dengan cetak tebal. Kami memohon maaf apabila hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan.
Adapun pembahasan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyalati di atas kuburan seorang wanita, hal ini pernah dibahas pada Rubrik Problema Anda edisi 014. Silakan dibaca kembali.
Artikel tersebut bisa Anda baca pula di website kami pada link berikut: http://asysyariah.com/hukummenshalatkan-jenazah-di-kuburan/
Posting Komentar