Hukum Memberontak (Ta’at walau tidak berhukum dgn hukum Allah)
Kewajiban Mentaati Penguasa Muslim Walaupun Tidak Berhukum Dengan Hukum Allah
Al Jamaah, sebagaimana telah maklum tidak akan pernah tegak kecuali harus dengan imam yang menyatukan kalimat. Dan seorang imam tidak akan kuat kepemimpinannya kecuali kalau ia ditaati maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kita untuk mentaati pemimpin, bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
١١ -ﻋóﻦú ﺃﹶﻧóﺲò ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺍöﺳúﻤóﻌõﻮﺍ ﻭóﺃﹶﻃöﻴúﻌõﻮﺍ¡ ﻭóﺇöﻥú ﺍöﺳúÜﺘóﻌúﻤóﻞó ﻋóﻠóﻴúﻜõﻢú ﻋóﺒúﺪñ ﺣóﺒóﺸöﻲ¡ ﻛóﺄﹶﻥø ﺭóﺃﹾﺳóﻪõ ﺯóﺑöﻴúÜﺒóﺔñ¡ ﻣóﺎ ﺃﹶﻗóﺎﻡó ﻓöﻴúﻜõﻢú ﻛöﺘóﺎﺏó ﺍﷲö ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
11.Dari Anas radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Mendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakkan Kitabullah di antara kalian.” (HR. Bukhari dalam Shahih-nya)
١٢ -ﻋóﻦú ﺃﹶﺑöﻲ ﻫõﺮóﻳúﺮóﺓó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﺃﹶﻃóﺎﻋóﻨöﻲ ﻓóﻘóﺪú ﺃﹶﻃóﺎﻉó ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﻣóﻦú ﻳõﻄöﻊö ﺍúﻷóﻣöﻴúﺮó ﻓóﻘóﺪú ﺃﹶﻃóﺎﻋóﻨöﻲ¡ ﻭóﻣóﻦú ﻳóﻌúﺺö ﺍúﻷóﻣöﻴúﺮó ﻓóﻘóﺪú ﻋóﺼóﺎﻧöﻲ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
12.Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mentaati aku maka dia telah mentaati Allah, barangsiapa yang bermaksiat kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang mentaati amir/pemimpin maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang bermaksiat kepada amir/pemimpin maka ia telah bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
١٣ -ﻋóﻦú ﺍﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻋóﻠóﻰ ﺍﻟúﻤóﺮúﺀö ﺍﻟúﻤõﺴúﻠöﻢö ﺍﻟﺴøﻤúﻊõ ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔõ ﻓöﻴúﻤóﺎ ﺃﹶﺣóﺐø ﺃﹶﻭú ﻛóﺮöﻩó¡ ﺇöﻻø ﺃﹶﻥú ﻳõﺆúﻣóﺮó ﺑöﻤóﻌúﺼöﻴóﺔò ﻓóﻼó ﺳóﻤöﻊó ﻭóﻻó ﻃóﺎﻋóﺔó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
13.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Wajib bagi seorang Muslim untuk taat dalam hal-hal yang dia sukai ataupun yang ia benci kecuali kalau diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
١٤ -ﻋóﻦú ﻋóﻮúﻑö ﺑúﻦö ﻣóﺎﻟöﻚö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺃﹶﻻóﻣóﻦú ﻭóﻟöﻲó ﻋóﻠóﻴúﻪö ﻭóﺍﻝò¡ ﻓóﺮóﺁﻩõ ﻳóﺄﹾﺗöﻲ ﺷóﻴúÜﺌðﺎ ﻣöﻦú ﻣóﻌúﺼöﻴóﺔö ﺍﷲö¡ ﻓóﻠúÜﻴóﻜúﺮóﻩ ﺍﻟøﺬöﻱ ﻳóﺄﹾﺗöﻲ ﻣöﻦú ﻣóﻌúﺼöﻴóﺔö ﺍﷲö¡ ﻭóﻻó ﻳóﻨúﺰöﻉó ﻳóﺪðﺍ ﻣöﻦú ﻃóﺎﻋóﺔò ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
14.Dari Auf bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Ketahuilah, barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia melihat padanya ada kemaksiatan kepada Allah maka hendaklah ia membenci kemaksiatannya. Akan tetapi janganlah (hal ini menyebabkan) melepaskan ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
١٥ -ﻋóﻦú ﺣõﺬóﻳúﻔóﺔó ﺑúﻦö ﺍﻟúÜﻴóﻤóﺎﻥö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻳóﻜõﻮúﻥõ ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺃﹶﻋöﻤøﺔñ¡ ﻻó ﻳóﻬúÜﺘóﺪõﻭúﻥó ﺑöﻬõﺪóﻳøﻲ ﻭóﻻó ﻳóﺴúÜﺘóﻨøõﻮúﻥó ﺑöﺴõﻨøﺘöﻲ ﻭóﺳóﻴóﻘõﻮﻡõ ﻓöﻴúﻜõﻢú ﺭöﺟóﺎﻝñ ﻗõﻠõﻮﺑõﻬõﻢú ﻗõﻠõﻮﺏõ ﺍﻟﺸøÜﻴóﺎﻃöﻴúﻦó ﻓöﻲ ﺟöﺜúﻤóﺎﻥö ﺇöﻧúﺲò¡ ﻗõﻠúﺖõ : ﻛóﻴúﻒó ﺃﹶﺻúÜﻨóﻊõ ﺇöﻥú ﺃﹶﺩúﺭóﻛúﺖõ ﺫóﻟöﻚó¿ ﻗóﺎﻝó : ﺗóﺴúﻤóﻊõ ﻭóﺗõﻄöﻊõ ﻟöﻸóﻣöﻴúﺮö¡ ﻭóﺇöﻥú ﺿóﺮóﺏó ﻇóﻬúﺮóﻙó ﻭóﺃﹶﺧóﺬó ﻣóﺎﻟóﻚó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
15.Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :“Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithan dalam jasad manusia.” Maka aku berkata : “Ya Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Berkata beliau : “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amirmu walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
١٦ -ﻋóﻦú ﺇöﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﺣóﻤöﻞó ﻋóﻠóﻴúÜﻨóﺎ ﺍﻟﺴøöﻼóﺡó ﻓóﻠóﻴúﺲó ﻣöﻨøﺎ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
16.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mengacungkan senjata kepada kami maka dia bukan golongan kami.” (Hadits shahih riwayat Bukhari-Muslim)
١٧ -ﻋóﻦú ﺍﻟúﻌöﺮúﺑﹷﺎﺽö ﺑúﻦö ﺳóﺎﺭöﻳóﺔ ﻗóﺎﻝó : ﺧóﻄóﺒóﻨóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺍöﺗøﻘõﻮﺍ ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﻋóﻠóﻴúﻜõﻢú ﺑöﺎﻟﺴøﻤúﻊö ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔö¡ ﻭóﺇöﻥú ﻋóﺒúﺪðﺍ ﺣóﺒóﺸöﻴðﺎ¡ ﻭóﺇöﻧøﻪõ ﻣóﻦú ﻳóﻌöﺶú ﻣöﻨúﻜõﻢú ﻓóﺴóﻴóﺮó ﺇöﺧúﺘöﻼóﻓðﺎ ﻛóﺜöﻴúﺮðﺍ¡ ﻓóﻌóﻠóÜﻴúﻜõﻢú ﺑöﺴõﻨøﺘöﻲ ﻭóﺳõﻨøﺔö ﺍﻟúﺨõﻠóﻔóﺎﺀö ﺍﻟﺮøﺍﺷöﺪöﻳúﻦó ﻣöﻦú ﺑóﻌúﺪöﻱ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ ﴾
17.Dari Irbadh bin Sariyah radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah berkhutbah kepada kami, beliau berkata :
“Bertakwalah kalian kepada Allah, wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat walaupun pemimpin kalian adalah budak dari Habasyah. Dan sesungguhnya barangsiapa yang hidup panjang di antara kalian akan melihat perselisihan yang sangat banyak maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khalifah yang lurus dan terbimbing sesudahku.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ad Darimi)
١٨ -ﻋóﻦú ﻋõﺒóﺎﺩóﺓó ﺑúﻦö ﺍﻟﺼøﺎﻣöﺖö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﻋóﺒóﺪó ﺍﷲﹶ ﻻó ﻳõﺸúﺮöﻙõ ﺑöﻪö ﺷóﻴúÜﺌðﺎ¡ ﻭóﺃﹶﻗóﺎﻡó ﺍﻟﺼøﻼóﺓó¡ ﻭóﺁﺗóﻰ ﺍﻟﺰøﻛóﺎﺓó¡ ﻭóﺳóﻤöﻊó ﻭóﺃﹶﻃóﺎﻉó¡ ﺩóﺧóﻞó ﺍﻟúﺠóﻨøﺔó ﻣöﻦú ﺃﹶﻱøö ﺍúﻷóﺑúﻮóﺍﺏö ﺍﻟﺜøﻤóﺎﻧöﻴóﺔö ﺷóﺎﺀó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﴾
18.Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, mendengar dan taat (kepada amirnya, pent.) maka akan masuk Surga dari pintu mana saja yang ia inginkan dari delapan pintu Surga.” (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dan At Tabrani. Dan dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk mendengar dan taat itu terhadap penguasa yang jahat sebagaimana terhadap pemerintah yang baik. Hadits-hadits yang telah lalu menerangkan bagaimana sikap kita terhadap penguasa yang dikenal kejelekannya. Mereka tidak melaksanakan petunjuk Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan juga tidak mengamalkan sunnah-sunnah Rasul dan ini adalah permasalahan yang jelas. Dan ada juga beberapa riwayat yang menguatkan hal ini :
١٩ -ﻋóﻦú ﻋóﺪöﻱ ﺑúﻦö ﺣóﺎﺗöﻢö ﻗóﺎﻝó : ﻗõﻠúﻦó ﻳóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö¡ ﻻó ﻧóﺴúﺄﹶﻟõﻚó ﻋóﻦú ﻃóﺎﻋóﺔò ﺍﻟﺘøﻘóﻲ ﻭóﻟóﻜöﻦú ﻣóﻦú ﻓóﻌóﻞó ﻭóﻓóﻌóﻞó) ﻭóﺫóﻛóﺮó ﺍﻟﺸóﺮø(¿ ﻓóﻘóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö: ﺍöﺗøﻘõﻮﺍ ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﺍﺳúﻤóﻌõﻮﺍ¡ ﻭóﺃﹶﻃöﻴúﻌõﻮúﺍ ﴿ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
19.Dari Adi bin Hatim radliyallahu ‘anhu berkata, kami berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak bertanya padamu tentang sikap terhadap penguasa-penguasa yang bertakwa/baik. Akan tetapi penguasa yang melakukan ini dan itu (disebutkan kejelekankejelekan).” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Bertakwalah kalian kepada Allah, mendengar dan taatlah kalian.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang untuk mengatur urusan umat secara sirr (sembunyi-sembunyi) pada perkara-perkara yang merupakan hak penguasa.
٢٠ -ﻋóﻦú ﺍöﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﺟóﺎﺀó ﺭóﺟõﻞñ ﺇöﻟóﻰ ﺭóﺳõﻮúﻝö ﺍﷲö ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺃﹶﻭúﺻöﻨöﻲ. ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺍöﺳúﻤóﻊú ﻭóﺃﹶﻃöﻊú¡ ﻋóﻠóﻴúﻚó ﺑöﺎﻟúﻌóﻼóﻧöﻴóﺔö ﻭóﺇöﻳøﺎﻙó ﻭóﺍﻟﺴöﺮøö ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
20.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berkata :
“Berilah aku nasihat!” Maka beliau bersabda : “Mendengar dan taatlah kalian. Hendaklah kalian terang-terangan dan jauhilah oleh kalian mengatur urusan umat secara sirr (karena ini adalah tugas penguasa, pent.).” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal). Dan Rasul juga menjelaskan bahwa memberontak kepada penguasa itu tidak boleh kecuali dalam dua keadaan, yaitu jika telah melakukan kekufuran yang nyata atau mereka melarang melakukan shalat.
٢١ -ﻋóﻦú ﻋõﺒóﺎﺩóﺓó ﺑúﻦö ﺍﻟﺼøﺎﻣöﺖö ﻗóﺎﻝó : ﺑóﺎﻳóﻌúÜﻨóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝó ﺍﷲ ﻋóﻠóﻰ ﺍﻟﺴøﻤúﻊö ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔö ﻓöﻲ ﺍﻟﺴøöﺮøö ﻭóﺍúﻷóﺛóﺮóﺓö¡ ﻭóﺃﹶﻥú ﻻó ﻧóﻨúﺰöﻉó ﺍúﻷóﻣúﺮó ﺃﹶﻫúÜﻠóﻪõ¡ ﺇöﻻøó ﺃﹶﻥú ﻧóﺮóﻯ ﻛõﻔúﺮðﺍ ﺑóﻮóﺍﺣðﺎ ﻋöﻨúﺪóﻧóﺎ ﻓöﻴúﻪö ﻣöﻦó ﺍﷲö ﺑõﺮúﻫóﺎﻥñ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
21.Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu berkata :
“Kami membaiat Rasul untuk mendengar dan taat dalam sirr maupun terang-terangan, untuk menunaikan hak penguasa, baik dalam keadaan sulit maupun lapang serta ketika mereka mementingkan pribadi mereka. Dan tidak memberontak kepada penguasa. Kecuali ketika kita melihat kekufuran yang nyata dan ada bukti di sisi Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
٢٢ -ﻋóﻦú ﺃﹸﻡøö ﺳóﻠóﻤóﺔó ﻗóﺎﻟóﺖú : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺳóﻴóﻜõﻮúﻥõ ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺃﹸﻣóﺮóﺍﺀõ¡ ﻓóﺘóﻌúﺮöﻓõﻮúﻥó ﻭóﺗõﻨúﻜöﺮõﻭﻥó¡ ﻓóﻤóﻦú ﺃﹶﻧúﻜóﺮó ﻓóﻘóﺪú ﺑóﺮóﺉó¡ ﻭóﻣóﻦú ﻛóﺮöﻩó ﻓóﻘóﺪú ﺳóﻠöﻢó¡ ﻭóﻟóﻜöﻦú ﻣóﻦú ﺭóﺿöﻲó ﻭóﺗóﺎﺑóﻊó¡ ﻗóﺎﻟõﻮﺍ : ﺃﹶﻓóﻼó ﻧõﻨóﺎﺑöﺬõﻫõﻢú ﺑöﺎﻟﺴøﻴúﻒó¿ ﻗóﺎﻝó ﻻó¡ ﻣóﺎ ﺃﹶﻗóﺎﻡó ﻓöﻴúﻜõﻢõ ﺍﻟﺼøﻼóﺓó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
22.Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
(Dikutip dari buku terjemah berjudul Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim Menurut Akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, judul asli Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah fil Bai’ah wal Imamah, penulis Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Penerjemah: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak Ata. Ma’had Riyadlul Jannah: Kp. Cikalagan RT 10/02 Telp. (021) 82495739 Cileungsi-Bogor-Indonesia)
Al Jamaah, sebagaimana telah maklum tidak akan pernah tegak kecuali harus dengan imam yang menyatukan kalimat. Dan seorang imam tidak akan kuat kepemimpinannya kecuali kalau ia ditaati maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kita untuk mentaati pemimpin, bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
١١ -ﻋóﻦú ﺃﹶﻧóﺲò ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺍöﺳúﻤóﻌõﻮﺍ ﻭóﺃﹶﻃöﻴúﻌõﻮﺍ¡ ﻭóﺇöﻥú ﺍöﺳúÜﺘóﻌúﻤóﻞó ﻋóﻠóﻴúﻜõﻢú ﻋóﺒúﺪñ ﺣóﺒóﺸöﻲ¡ ﻛóﺄﹶﻥø ﺭóﺃﹾﺳóﻪõ ﺯóﺑöﻴúÜﺒóﺔñ¡ ﻣóﺎ ﺃﹶﻗóﺎﻡó ﻓöﻴúﻜõﻢú ﻛöﺘóﺎﺏó ﺍﷲö ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
11.Dari Anas radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Mendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakkan Kitabullah di antara kalian.” (HR. Bukhari dalam Shahih-nya)
١٢ -ﻋóﻦú ﺃﹶﺑöﻲ ﻫõﺮóﻳúﺮóﺓó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﺃﹶﻃóﺎﻋóﻨöﻲ ﻓóﻘóﺪú ﺃﹶﻃóﺎﻉó ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﻣóﻦú ﻳõﻄöﻊö ﺍúﻷóﻣöﻴúﺮó ﻓóﻘóﺪú ﺃﹶﻃóﺎﻋóﻨöﻲ¡ ﻭóﻣóﻦú ﻳóﻌúﺺö ﺍúﻷóﻣöﻴúﺮó ﻓóﻘóﺪú ﻋóﺼóﺎﻧöﻲ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
12.Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mentaati aku maka dia telah mentaati Allah, barangsiapa yang bermaksiat kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang mentaati amir/pemimpin maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang bermaksiat kepada amir/pemimpin maka ia telah bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
١٣ -ﻋóﻦú ﺍﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻋóﻠóﻰ ﺍﻟúﻤóﺮúﺀö ﺍﻟúﻤõﺴúﻠöﻢö ﺍﻟﺴøﻤúﻊõ ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔõ ﻓöﻴúﻤóﺎ ﺃﹶﺣóﺐø ﺃﹶﻭú ﻛóﺮöﻩó¡ ﺇöﻻø ﺃﹶﻥú ﻳõﺆúﻣóﺮó ﺑöﻤóﻌúﺼöﻴóﺔò ﻓóﻼó ﺳóﻤöﻊó ﻭóﻻó ﻃóﺎﻋóﺔó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
13.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Wajib bagi seorang Muslim untuk taat dalam hal-hal yang dia sukai ataupun yang ia benci kecuali kalau diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
١٤ -ﻋóﻦú ﻋóﻮúﻑö ﺑúﻦö ﻣóﺎﻟöﻚö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺃﹶﻻóﻣóﻦú ﻭóﻟöﻲó ﻋóﻠóﻴúﻪö ﻭóﺍﻝò¡ ﻓóﺮóﺁﻩõ ﻳóﺄﹾﺗöﻲ ﺷóﻴúÜﺌðﺎ ﻣöﻦú ﻣóﻌúﺼöﻴóﺔö ﺍﷲö¡ ﻓóﻠúÜﻴóﻜúﺮóﻩ ﺍﻟøﺬöﻱ ﻳóﺄﹾﺗöﻲ ﻣöﻦú ﻣóﻌúﺼöﻴóﺔö ﺍﷲö¡ ﻭóﻻó ﻳóﻨúﺰöﻉó ﻳóﺪðﺍ ﻣöﻦú ﻃóﺎﻋóﺔò ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
14.Dari Auf bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Ketahuilah, barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia melihat padanya ada kemaksiatan kepada Allah maka hendaklah ia membenci kemaksiatannya. Akan tetapi janganlah (hal ini menyebabkan) melepaskan ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
١٥ -ﻋóﻦú ﺣõﺬóﻳúﻔóﺔó ﺑúﻦö ﺍﻟúÜﻴóﻤóﺎﻥö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻳóﻜõﻮúﻥõ ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺃﹶﻋöﻤøﺔñ¡ ﻻó ﻳóﻬúÜﺘóﺪõﻭúﻥó ﺑöﻬõﺪóﻳøﻲ ﻭóﻻó ﻳóﺴúÜﺘóﻨøõﻮúﻥó ﺑöﺴõﻨøﺘöﻲ ﻭóﺳóﻴóﻘõﻮﻡõ ﻓöﻴúﻜõﻢú ﺭöﺟóﺎﻝñ ﻗõﻠõﻮﺑõﻬõﻢú ﻗõﻠõﻮﺏõ ﺍﻟﺸøÜﻴóﺎﻃöﻴúﻦó ﻓöﻲ ﺟöﺜúﻤóﺎﻥö ﺇöﻧúﺲò¡ ﻗõﻠúﺖõ : ﻛóﻴúﻒó ﺃﹶﺻúÜﻨóﻊõ ﺇöﻥú ﺃﹶﺩúﺭóﻛúﺖõ ﺫóﻟöﻚó¿ ﻗóﺎﻝó : ﺗóﺴúﻤóﻊõ ﻭóﺗõﻄöﻊõ ﻟöﻸóﻣöﻴúﺮö¡ ﻭóﺇöﻥú ﺿóﺮóﺏó ﻇóﻬúﺮóﻙó ﻭóﺃﹶﺧóﺬó ﻣóﺎﻟóﻚó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
15.Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :“Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithan dalam jasad manusia.” Maka aku berkata : “Ya Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Berkata beliau : “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amirmu walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
١٦ -ﻋóﻦú ﺇöﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﺣóﻤöﻞó ﻋóﻠóﻴúÜﻨóﺎ ﺍﻟﺴøöﻼóﺡó ﻓóﻠóﻴúﺲó ﻣöﻨøﺎ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
16.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mengacungkan senjata kepada kami maka dia bukan golongan kami.” (Hadits shahih riwayat Bukhari-Muslim)
١٧ -ﻋóﻦú ﺍﻟúﻌöﺮúﺑﹷﺎﺽö ﺑúﻦö ﺳóﺎﺭöﻳóﺔ ﻗóﺎﻝó : ﺧóﻄóﺒóﻨóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺍöﺗøﻘõﻮﺍ ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﻋóﻠóﻴúﻜõﻢú ﺑöﺎﻟﺴøﻤúﻊö ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔö¡ ﻭóﺇöﻥú ﻋóﺒúﺪðﺍ ﺣóﺒóﺸöﻴðﺎ¡ ﻭóﺇöﻧøﻪõ ﻣóﻦú ﻳóﻌöﺶú ﻣöﻨúﻜõﻢú ﻓóﺴóﻴóﺮó ﺇöﺧúﺘöﻼóﻓðﺎ ﻛóﺜöﻴúﺮðﺍ¡ ﻓóﻌóﻠóÜﻴúﻜõﻢú ﺑöﺴõﻨøﺘöﻲ ﻭóﺳõﻨøﺔö ﺍﻟúﺨõﻠóﻔóﺎﺀö ﺍﻟﺮøﺍﺷöﺪöﻳúﻦó ﻣöﻦú ﺑóﻌúﺪöﻱ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ ﴾
17.Dari Irbadh bin Sariyah radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah berkhutbah kepada kami, beliau berkata :
“Bertakwalah kalian kepada Allah, wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat walaupun pemimpin kalian adalah budak dari Habasyah. Dan sesungguhnya barangsiapa yang hidup panjang di antara kalian akan melihat perselisihan yang sangat banyak maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khalifah yang lurus dan terbimbing sesudahku.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ad Darimi)
١٨ -ﻋóﻦú ﻋõﺒóﺎﺩóﺓó ﺑúﻦö ﺍﻟﺼøﺎﻣöﺖö ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﻋóﺒóﺪó ﺍﷲﹶ ﻻó ﻳõﺸúﺮöﻙõ ﺑöﻪö ﺷóﻴúÜﺌðﺎ¡ ﻭóﺃﹶﻗóﺎﻡó ﺍﻟﺼøﻼóﺓó¡ ﻭóﺁﺗóﻰ ﺍﻟﺰøﻛóﺎﺓó¡ ﻭóﺳóﻤöﻊó ﻭóﺃﹶﻃóﺎﻉó¡ ﺩóﺧóﻞó ﺍﻟúﺠóﻨøﺔó ﻣöﻦú ﺃﹶﻱøö ﺍúﻷóﺑúﻮóﺍﺏö ﺍﻟﺜøﻤóﺎﻧöﻴóﺔö ﺷóﺎﺀó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﴾
18.Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, mendengar dan taat (kepada amirnya, pent.) maka akan masuk Surga dari pintu mana saja yang ia inginkan dari delapan pintu Surga.” (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dan At Tabrani. Dan dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk mendengar dan taat itu terhadap penguasa yang jahat sebagaimana terhadap pemerintah yang baik. Hadits-hadits yang telah lalu menerangkan bagaimana sikap kita terhadap penguasa yang dikenal kejelekannya. Mereka tidak melaksanakan petunjuk Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan juga tidak mengamalkan sunnah-sunnah Rasul dan ini adalah permasalahan yang jelas. Dan ada juga beberapa riwayat yang menguatkan hal ini :
١٩ -ﻋóﻦú ﻋóﺪöﻱ ﺑúﻦö ﺣóﺎﺗöﻢö ﻗóﺎﻝó : ﻗõﻠúﻦó ﻳóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö¡ ﻻó ﻧóﺴúﺄﹶﻟõﻚó ﻋóﻦú ﻃóﺎﻋóﺔò ﺍﻟﺘøﻘóﻲ ﻭóﻟóﻜöﻦú ﻣóﻦú ﻓóﻌóﻞó ﻭóﻓóﻌóﻞó) ﻭóﺫóﻛóﺮó ﺍﻟﺸóﺮø(¿ ﻓóﻘóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö: ﺍöﺗøﻘõﻮﺍ ﺍﷲﹶ¡ ﻭóﺍﺳúﻤóﻌõﻮﺍ¡ ﻭóﺃﹶﻃöﻴúﻌõﻮúﺍ ﴿ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
19.Dari Adi bin Hatim radliyallahu ‘anhu berkata, kami berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak bertanya padamu tentang sikap terhadap penguasa-penguasa yang bertakwa/baik. Akan tetapi penguasa yang melakukan ini dan itu (disebutkan kejelekankejelekan).” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Bertakwalah kalian kepada Allah, mendengar dan taatlah kalian.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang untuk mengatur urusan umat secara sirr (sembunyi-sembunyi) pada perkara-perkara yang merupakan hak penguasa.
٢٠ -ﻋóﻦú ﺍöﺑúﻦö ﻋõﻤóﺮó ﻗóﺎﻝó : ﺟóﺎﺀó ﺭóﺟõﻞñ ﺇöﻟóﻰ ﺭóﺳõﻮúﻝö ﺍﷲö ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺃﹶﻭúﺻöﻨöﻲ. ﻓóﻘóﺎﻝó : ﺍöﺳúﻤóﻊú ﻭóﺃﹶﻃöﻊú¡ ﻋóﻠóﻴúﻚó ﺑöﺎﻟúﻌóﻼóﻧöﻴóﺔö ﻭóﺇöﻳøﺎﻙó ﻭóﺍﻟﺴöﺮøö ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
20.Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berkata :
“Berilah aku nasihat!” Maka beliau bersabda : “Mendengar dan taatlah kalian. Hendaklah kalian terang-terangan dan jauhilah oleh kalian mengatur urusan umat secara sirr (karena ini adalah tugas penguasa, pent.).” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal). Dan Rasul juga menjelaskan bahwa memberontak kepada penguasa itu tidak boleh kecuali dalam dua keadaan, yaitu jika telah melakukan kekufuran yang nyata atau mereka melarang melakukan shalat.
٢١ -ﻋóﻦú ﻋõﺒóﺎﺩóﺓó ﺑúﻦö ﺍﻟﺼøﺎﻣöﺖö ﻗóﺎﻝó : ﺑóﺎﻳóﻌúÜﻨóﺎ ﺭóﺳõﻮúﻝó ﺍﷲ ﻋóﻠóﻰ ﺍﻟﺴøﻤúﻊö ﻭóﺍﻟﻄøﺎﻋóﺔö ﻓöﻲ ﺍﻟﺴøöﺮøö ﻭóﺍúﻷóﺛóﺮóﺓö¡ ﻭóﺃﹶﻥú ﻻó ﻧóﻨúﺰöﻉó ﺍúﻷóﻣúﺮó ﺃﹶﻫúÜﻠóﻪõ¡ ﺇöﻻøó ﺃﹶﻥú ﻧóﺮóﻯ ﻛõﻔúﺮðﺍ ﺑóﻮóﺍﺣðﺎ ﻋöﻨúﺪóﻧóﺎ ﻓöﻴúﻪö ﻣöﻦó ﺍﷲö ﺑõﺮúﻫóﺎﻥñ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
21.Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu berkata :
“Kami membaiat Rasul untuk mendengar dan taat dalam sirr maupun terang-terangan, untuk menunaikan hak penguasa, baik dalam keadaan sulit maupun lapang serta ketika mereka mementingkan pribadi mereka. Dan tidak memberontak kepada penguasa. Kecuali ketika kita melihat kekufuran yang nyata dan ada bukti di sisi Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
٢٢ -ﻋóﻦú ﺃﹸﻡøö ﺳóﻠóﻤóﺔó ﻗóﺎﻟóﺖú : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺳóﻴóﻜõﻮúﻥõ ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺃﹸﻣóﺮóﺍﺀõ¡ ﻓóﺘóﻌúﺮöﻓõﻮúﻥó ﻭóﺗõﻨúﻜöﺮõﻭﻥó¡ ﻓóﻤóﻦú ﺃﹶﻧúﻜóﺮó ﻓóﻘóﺪú ﺑóﺮóﺉó¡ ﻭóﻣóﻦú ﻛóﺮöﻩó ﻓóﻘóﺪú ﺳóﻠöﻢó¡ ﻭóﻟóﻜöﻦú ﻣóﻦú ﺭóﺿöﻲó ﻭóﺗóﺎﺑóﻊó¡ ﻗóﺎﻟõﻮﺍ : ﺃﹶﻓóﻼó ﻧõﻨóﺎﺑöﺬõﻫõﻢú ﺑöﺎﻟﺴøﻴúﻒó¿ ﻗóﺎﻝó ﻻó¡ ﻣóﺎ ﺃﹶﻗóﺎﻡó ﻓöﻴúﻜõﻢõ ﺍﻟﺼøﻼóﺓó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
22.Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).” Maka para shahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
(Dikutip dari buku terjemah berjudul Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim Menurut Akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, judul asli Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah fil Bai’ah wal Imamah, penulis Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Penerjemah: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak Ata. Ma’had Riyadlul Jannah: Kp. Cikalagan RT 10/02 Telp. (021) 82495739 Cileungsi-Bogor-Indonesia)
Posting Komentar