
Profil Dai Rabbani
Berdakwah ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala merupakan perkara agung dan memiliki derajat yang tinggi.
Para dai adalah orang-orang yang
menggantikan para nabi dan rasul dalam hal menyampaikan ilmu/agama
secara benar, mengamalkannya, dan mendakwahkannya. Sudah semestinya
seorang dai menjalankan dan mengurusi kegiatan mulia ini dengan segenap
kemampuan dan usaha yang maksimal. Lanjutkan membaca Profil Dai Rabbani

Bekal Dai Ketika Berdakwah
Sesungguhnya bekal (yang harus disiapkan oleh) setiap muslim adalah sebagaimana yang telah Allah subhanahu wa ta’ala jelaskan dalam firman-Nya,
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (al-Baqarah: 197)

Dakwah dan Kewajiban Dai
Setiap orang yang memiliki perhatian
terhadap ilmu akan mengetahui bahwa kedudukan dakwah sangatlah agung.
Dakwah merupakan urusan para rasul. Mereka adalah para pemimpin dalam
hal ini, dakwah adalah tugasnya. Lanjutkan membaca Dakwah dan Kewajiban Dai

Kedudukan dan Kemuliaan Seorang Dai
Para dai ilallah (penyeru menuju jalan Allah subhanahu wa ta’ala)
bagaikan pelita dalam kegelapan. Mereka memberi cahaya bagi manusia
menuju jalan yang terang dan benar. Mereka ibarat nakhoda perahu
keselamatan yang berada di tengah-tengah badai dan gelombang ombak yang
datang silih berganti. Lanjutkan membaca Kedudukan dan Kemuliaan Seorang Dai

Menjalin Kerja Sama Dalam Ranah Dakwah
Tak diragukan lagi bahwa dakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala
merupakan ibadah yang sangat mulia. Demikian pula orang-orang yang
menjalankannya dengan penuh ikhlas dan meniti jejak baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Rabb Alam Semesta adalah balasannya. Lanjutkan membaca Menjalin Kerja Sama Dalam Ranah Dakwah

Surat Pembaca Edisi 108
Asy Syariah Menambah Ilmu
Walhamdulillah, saya bersyukur bisa menambah ilmu dari Asy Syariah. Semua dikupas tuntas berdasar al-Qur’an & hadits sahih, bukan berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan kelompok.
Semoga Asy Syariah tetap istiqamah dalam menegakkan sunnah.
Abu Nafi’—Kajoran
08532xxxxxxx
Lanjutkan membaca Surat Pembaca Edisi 108
Walhamdulillah, saya bersyukur bisa menambah ilmu dari Asy Syariah. Semua dikupas tuntas berdasar al-Qur’an & hadits sahih, bukan berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan kelompok.
Semoga Asy Syariah tetap istiqamah dalam menegakkan sunnah.
Abu Nafi’—Kajoran
08532xxxxxxx
Lanjutkan membaca Surat Pembaca Edisi 108

Membingkai Keteladanan Seorang Dai
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Mengemban amanat dakwah adalah amalan
yang demikian agung. Tidak semua manusia bisa melakukannya. Yang bisa
pun tidak semua melakukannya dengan tuntunan dan cara yang benar. Sebab,
di tengah-tengah kita, terlampau banyak yang disebut dai. Terlampau
mudah pula orang menggelari seseorang dengan sebutan dai. Lanjutkan membaca Membingkai Keteladanan Seorang Dai

Sumber Kerusakan dalam Agama
‘Ali bin Qasim Hanasy rahimahullah mengatakan,
“Manusia terbagi menjadi tiga tingkatan:
1) Tingkatan tertinggi, yaitu para ulama kibar.
Mereka mengetahui yang benar dan yang
batil. Jika mereka berbeda pendapat, tidak akan muncul fitnah
(kerusakan) dari perselisihan tersebut, karena mereka mengetahui ilmu
yang dimiliki oleh pihak yang lain.
2) Tingkatan terendah, yaitu orang awam yang berada di atas fitrah.
Mereka tidak lari dari kebenaran. Mereka
hanya mengikuti orang yang mereka jadikan anutan. Jika anutan mereka
berada di atas kebenaran, mereka pun serupa. Ketika anutan mereka berada
di atas kebatilan, demikian pula keadaan mereka.
3) Tingkatan pertengahan.
Inilah sumber keburukan dan asal
munculnya fitnah (kerusakan) dalam agama. Ilmu mereka belum mapan
sehingga tidak termasuk tingkatan pertama. Akan tetapi, mereka juga
tidak meninggalkan ilmu sehingga tidak tergolong tingkatan terendah.
Ketika melihat seseorang yang termasuk
tingkatan pertama mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui dan
menyelisihi keyakinan mereka yang keliru, mereka lemparkan panah-panah
kecaman terhadapnya dan menyalahkannya dengan segala ucapan yang buruk.
Dengan berbagai pemalsuan yang batil,
mereka mengubah fitrah tingkatan yang terendah sehingga tidak mau
menerima kebenaran. Saat itulah, muncul fitnah (kerusakan) yang besar
dalam agama.”
(al-Badru ath-Thali’ karya asy-Syaukani, 1/473)

Memohon Ilmu yang Bermanfaat
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَارْزُقْنِي عِلْمًا تَنْفَعُنِي بِهِ
“Ya Allah, berilah aku manfaat dengan
apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku; Ajarilah aku apa yang
bermanfaat bagiku; Berilah aku rezeki berupa ilmu yang dengannya Engkau
memberi manfaat kepadaku.” (HR. al-Hakim [1/510], al-Baihaqi dalam ad-Da’awat al-Kabir [157—158], ath-Thabarani dalam ad-Du’a [3/1405/1455]; dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Lihat Silsilah ash-Shahihah no. 3151)

Topeng Tebal Islam Nusantara
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 112 Kali ini ialah tentang topeng tebal Islam Nusantara

Berniaga di dunia maya
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 111 Kali ini ialah tentang Berniaga di dunia maya

Cara salah cari Berkah
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 110 Kali ini ialah tentang Cara salah cari Berkah

Tema Majalah edisi 109
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 109 Kali ini ialah tentang Sang Teladan

Keteladanan Dai Pilihan
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 108 Kali ini ialah tentang Keteladanan Dai Pilihan

Tahdzir syariat yang dicibir
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 107 Kali ini ialah tentang Tahdzir syariat yang dicibir

Melawan Kristenisasi
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 106 Kali ini ialah tentang melawan kristenisasi

Bijak Menyikapi Media
Tema pembahasan Majalah Asyariah edisi 105 Kali ini ialah tentang Bijak Menyikapi Media

Bacaan Tasyahud
التَّحِيَّاتُ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ
عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“Segala penghormatan (pengagungan), shalat, kebaikan-kebaikan (berupa perkataan, amalan, dan sifat-sifat) adalah untuk Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu juga rahmat
Allah dan barakah-Nya. Keselamatan semoga terlimpahkan kepada kita dan
hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang haq melainkan Allah subhanahu wa ta’ala, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)

Doa Istiftah
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ،
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ،
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana
baju putih dibersihkan dari kotoran-kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan salju.”
(HR. al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 598 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Al-Imam asy-Syaukani ‘rahimahullah berkata, “Riwayat yang paling sahih (dari doa-doa istiftah) adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang telah disebutkan (di atas –red.).” (Nailul Authar, 2/11)

Makna Hadits “Mukmin yang Kuat”
Sahihkah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِل اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’ala daripada mukmin yang lemah.”Jika sahih, apa maknanya dan kekuatan itu ditinjau dari sisi apa?
Posting Komentar